Isi dari blog ini di update di kambingjoynim.com
Efisiensi Peternakan Kambing

Efisiensi Peternakan Kambing

Mempercepat Tercapainya Pubertas Kambing


Umur, berat badan dan kondisi tubuh berpengaruh terhadap tercapainya pubertas pada kambing. Kambing yang tumbuh lebih cepat akan mencapai pubertas lebih awal. Pada kambing pubertas dicapai pada umur bervariasi 6 – 12 bulan atau pada berat sekitar 55-60% berat badan dewasa (Sutama et al., 1995). Umur pubertas erat kaitannya dengan kondisi pakan yang dikonsumsi. Ternak yang diberi pakan tambahan konsentrat urea molases blok (UMB) mencapai pubertas 20 hari lebih cepat (Wodzicka-Tomaszewska dan Mastika, 1993). Pemberian hormon pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) pada umur sekitar 7 bulan dapat menstimuli terjadinya siklus birahi dan ovulasi (Sutama et al., 1988c; Artiningsih et al., 1996).

Manfaat yang lebih besar dari mempercepat tercapainya pubertas terjadi di daerah sub-tropis dimana aktivitas seksual kambing dan domba dipengaruhi oleh musim. Di daerah tersebut, kelahiran pada ternak kambing dan domba umumnya terjadi di musim semi dan pubertas dicapai pada musim gugur, saat mana ternak telah berumur sekitar 6-8 bulan. Bila pubertas tidak tercapai pada umur tersebut, maka perkawinan pertama baru terjadi pada musim gugur tahun berikutnya (Yates et al., 1975). Hal ini tidak terjadi pada ternak di daerah tropis. Walaupun demikian, evaluasi terhadap pencapaian umur pubertas perlu dilakukan. Umur pubertas dapat dipakai sebagai salah satu parameter dalam memilih ternak yang lebih produktif. Ternak yang mencapai pubertas lebih awal, setelah dewasa akan mempunyai produktivitas yang lebih tinggi (Levine et al., 1998; Ponzoni et al., 1979; Sutama, 1992a).

Peningkatan Jumlah Anak Sekelahiran dan Berat Sapih


Jumlah anak sekelahiran (JAS) umumnya mempunyai hubungan negatif dengan berat lahir dan berat sapih. Peningkatan JAS diikuti dengan penurunan berat lahir dan berat sapih. Hal ini berkaitan dengan kapasitas uterus dalam menampung fetus dan konsumsi susu anak pra-sapih. Demikian pula JAS yang lebih tinggi biasanya akan diikuti dengan peningkatan mortalitas (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991;  Sutama et al., 1993).

Kambing PE memiliki tingkat kesuburan yang tinggi ditunjukkan dengan  JAS 1,3 – 1,7 dan rataan 1,5 (Subandriyo et al., 1986; Adriani et al., 2003; Sutama et al., 2007c). Namun masih ada sekitar 41,7% induk yang beranak tunggal (Sutama et al., 2007c). Upaya peningkatan JAS dilakukan dengan peningkatan jumlah sel telur yang diovulasikan (superovulasi), dengan harapan akan ada lebih banyak sel telur yang dibuahi dan tumbuh berkembang menjadi anak. Pregnant Mare Serum Gonadotrophin (PMSG) merupakan hormon yang paling sering dipakai dalam program superovulasi pada kambing (Artiningsih et al., 1996; Sutama et al., 2002a; Adriani et al., 2003) maupun domba (McIntosh et al., 1975; Sutama, 1988; Sutama et al., 1988a). Penyuntikan PMSG dengan dosis 500 - 700 iu/ekor meningkatkan jumlah ovulasi sebesar 80-160% dan anak yang lahir sebesar 31-72% (Artiningsih et al., 1996; Adriani et al., 2003).

Teknologi superovulasi juga dapat meningkatkan produksi susu sebesar 32%, jumlah anak disapih dan berat sapih 37-53% (Adriani et al., 2003; 2004). Hal ini terkait dengan lebih tingginya kadar hormon progesteron maupun estrogen. Kedua jenis hormon tersebut merangsang pertumbuhan kelenjar ambing (Manalu dan Sumaryadi, 1995; Sutama et al., 2002a). Di samping secara hormonal, peningkatan JAS dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi gizi sekitar waktu kawin (flushing). Cara ini relatif mudah dan dapat dilakukan di tingkat lapang oleh petani. Namun peningkatan JAS yang terjadi tidak setinggi cara hormonal, yaitu 22% (Adiati et al., 1999).

Peningkatan laju ovulasi akibat superovulasi ataupun flushing diikuti dengan lebih tingginya sel telur yang tidak berkembang menjadi anak (ova-wastage) yaitu sebesar 28,2 - 40,1%. Ini terjadi karena sel telur tidak dibuahi atau karena kematian embrio  (Sutama et al., 1988b; Sutama, 1989a, 1989b; Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991; Artiningsih et al., 1996; Adriani et al., 2003). Walaupun demikian superovulasi dapat meningkatkan produktivitas induk sebesar 109,6% dari total anak yang disapih (Adriani et al., 2003).

Memperpendek Selang Beranak


Selang beranak adalah jarak waktu antara beranak dengan beranak berikutnya. Oleh karena itu, selang beranak ditentukan oleh lama kebuntingan dan interval birahi setelah beranak. Variasi lama kebuntingan pada kambing relatif kecil yaitu 144 – 156 hari (Sutama, 1996; Artiningsih et al., 1996; Adiati et al.,  1999; Budiarsana dan Sutama, 2001, Kostaman dan Sutama, 2006). Tiga sampai 5 bulan setelah beranak, ternak umumnya akan birahi kembali sehingga selang beranak antara 8 – 10 bulan.  Di tingkat lapangan  selang beranak dapat mencapai lebih dari  12 bulan. Hal ini sering disebabkan oleh karena tidak terdeteksinya birahi dan  petani tidak memiliki pejantan. Padahal, penentuan birahi pada kambing lebih sulit tanpa adanya pejantan (Sutama et al., 1993).

Di samping itu, ternak kadang-kadang tidak menunjukkan tanda birahi dengan jelas, walaupun secara fisiologis dalam keadaan birahi (Silent heat) (Edey, et al., 1978; Sutama et al., 1988a; 1988b; 1988c). Hal ini disebabkan karena tidak adanya hormon progesteron yang cukup tinggi untuk menstimulir meningkatnya sekresi hormon estrogen yang diperlukan untuk terjadinya ekspresi birahi (Foster dan Ryan, 1981; Sutama et al., 1988c).

Masalah tersebut dapat diatasi melalui perbaikan manajemen perkawinan yaitu dengan menempatkan pejantan pada kelompok betina (perkawinan secara alami) selama 2 siklus birahi (40 hari). Sedangkan pada perkawinan alami secara dituntun (hand mating) atau secara inseminasi buatan (IB), perkawinan/inseminasi dilakukan pada setengah bagian akhir masa birahi dan diulang 10-12 jam kemudian.

Meningkatkan Efisiensi Perkawinan


Perkawinan Alami

Cara mudah untuk mendapatkan angka kebuntingan yang tinggi adalah dengan sistem kawin alam.  Rasio antara jantan dan betina dalam perkawinan alami ini dapat 1:10 – 1:50 ekor, bahkan dengan manajemen perkawinan yang baik, jumlah betina dapat ditingkatkan. Di daerah tropis, siklus birahi pada kambing dapat terjadi sepanjang tahun, sesuai dengan rithme reproduksinya asalkan kondisi tubuh ternak mendukung terjadinya proses reproduksi (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991; Sutama et al., 1993; Sutama, 2009). Namun kelahiran setiap saat sepanjang tahun justru akan mengakibatkan tingginya alokasi waktu petani untuk mengurus induk dan anak kambing yang baru lahir. Untuk mengatasi hal ini, telah dilakukan sinkronisasi birahi dan ovulasi secara hormonal menggunakan PGF2α (prostaglandin analog) atau progesteron sinthetis, dan diperoleh persentase birahi secara serempak mencapai 80 - 100% (Artiningsih et al., 1996; Adiati et al.; 1998; Sutama et al., 2002a; Semiadi et al., 2003). 

Dampak dari banyaknya kambing yang birahi dan kawin secara serempak maka manajemen pemeliharaan akan lebih mudah dilakukan dan lebih efisien. Di samping itu jumlah anak yang lahir dalam satuan waktu meningkat dan pada akhirnya pendapatan petani meningkat.

Di samping sinkronisasi secara hormonal, sikronisasi secara biologis dengan menggunakan pejantan (efek pejantan) lebih murah dan mudah dilaksanakan (Oldham, 1980; Knight, 1983; Adiati et al., 1998). Pheromon yang dikeluarkan pejantan menyebabkan peningkatan sekresi luteinizing hormone (LH) pada betina dalam waktu sekitar 2 jam. Sekresi LH tersebut kemudian diikuti dengan peningkatan sekresi hormon estrogen yang menyebabkan terjadinya birahi, dan lonjakan sekresi LH berikutnya menyebabkan ovulasi (Chesworth dan Tait, 1974).

Untuk memperoleh hasil sinkronisasi yang lebih tinggi, ternak betina diisolasi dari ternak jantan selama 3 - 4 minggu, baik secara fisik, pengelihatan, suara dan bau.  Kemudian secara tiba-tiba ternak betina diintroduksi pada pejantan atau sebaliknya. Dalam waktu 2-8 hari, ternak betina akan menunjukkan tanda-tanda birahi dan perkawinan terjadi secara normal. Namun tingkat kebuntingan yang diperoleh relatif rendah (30%) (Adiati et al., 1998).  Bagi ternak yang tidak bunting, siklus birahi berikutnya (20 hari kemudian) akan terjadi secara normal.

Inseminasi Buatan

Pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB) mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan produktivitas ternak dan efisiensi usaha, terutama dalam memanfaatkan pejantan unggul, dan menurunkan biaya pemeliharaan pejantan.     

Teknologi IB berhubungan erat dengan teknik pengenceran semen, penyimpanan, pendeteksian waktu birahi dan teknis inseminasi. Beberapa jenis pengencer yang telah dikembangkan untuk mengawetkan semen sapi, kerbau, domba dan kambing adalah laktose (Jellinek et al., 1980), susu skim (Herdis et al., 2002) dan tris-sitrat (Tambing et al., 2000; 2001;  2003a, 2003b; Sutama, 2002; Kostaman dan Sutama, 2006). 

Berbeda halnya pada sapi, IB pada kambing belum banyak dilakukan. Kesulitan dalam melakukan deposisi semen intra-uterine merupakan salah satu kendala IB pada kambing. Servik kambing yang berkelok-kelok (berbentuk spiral) menyulitkan alat inseminasi (insemination gun) dapat masuk sampai ke uterus.  Umumnya deposisi semen hanya dapat dilakukan diluar servik atau dalam vagina sehingga tingkat kebuntingan yang diperoleh masih rendah yaitu sekitar 30% (Budiarsana dan Sutama, 2001; Sutama et al., 2002b; Ngangi, 2002).

Untuk meningkatkan keberhasilan IB, beberapa inovasi teknologi telah diterapkan di antaranya dengan melakukan IB pada waktu yang tepat (35-40 jam setelah onset birahi) dan inseminasi dilakukan 2 kali dalam selang waktu 12 jam. Melalui teknik ini tingkat kebuntingan yang diperoleh meningkat dari sekitar 30% menjadi 41-56% (Budiarsana dan Sutama, 2001; Sutama et al., 2002b). Tingkat keberhasilan IB yang lebih tinggi (70%-80%) diperoleh dengan melakukan IB di dalam uterus (Susilawati dan Afroni, 2008), dengan menggunakan alat IB yang memungkinkan gun IB melewati servik.

 Meningkatkan Kemampuan Hidup Anak


Kematian kambing anak, khususnya pada masa pra-sapih dapat mencapai 10 – 50% (Sutama et al., 1993; 2008; Adriani et al., 2003). Rendahnya bobot lahir anak dan produksi susu induk serta sifat keindukan yang kurang baik merupakan penyebab utama kematian anak pra-sapih (Wodzicka-Tomaszewska, et al., 1991). Umur 0-3 hari merupakan masa kritis bagi anak, dan konsumsi kolostrum pada masa ini sangat penting untuk memperoleh antibodi (Esfandiari et al., 2008). Untuk mengatasi masalah tersebut di atas dapat dilakukan dengan perlakuan superovulasi dan perbaikan kondisi pakan induk, maupun anaknya dengan penerapan teknologi susu pengganti (milk replacer) dan/atau creep feeding. 

Susu sapi segar adalah paling umum dan cukup aman dipakai sebagai bahan dasar susu pengganti untuk kambing anak. Sedangkan pakan creep feeding dibuat dari campuran beberapa bahan pakan (dedak padi, pollard, bungkil kedele, dan mineral) dengan  kandungan protein kasar sekitar 24% dan total digestible nutrient (TDN) 70%.  Melalui cara ini tingkat kematian anak pra-sapih dapat diturunkan dari 13-18% menjadi 0-4%. Akibatnya jumlah anak yang disapih dan dijual meningkat 15-17% (Martawidjaja et al., 1999; Adriani et al., 2003; Sutama et al., 2008).

Sumber:
Orasi Ilmiah Pengukuhan Profesor Riset : Prof. Dr. Ir.  I-Ketut Sutama
Tulisan asli lihat di sini.
Read More
Manajemen Breeding Kambing

Manajemen Breeding Kambing

Breeding Kambing


Dalam peternakan kambing, breeding kambing adalah hal mendasar dalam beternak kambing. Kenapa saya katakan mendasar, karena kegiatan-kegiatan peternakan kambing seperti penggemukan dan pemerahan tidak bisa berkelanjutan tanpa adanya breeding. Penggemukan kambing memerlukan stok populasi kambing dan stoknya diperoleh dari breeding kambing begitu juga untuk kambing perah harus ada reproduksi kambing-kambing baru yang berkualitas.

Secara sederhana saya menyebut breeding kambing sebagai usaha mengkembangbiakan atau menganakpinakan kambing. Breeding kambing terlihat sederhana namun untuk memperoleh hasil maksimal diperlukan manajemen yang memadai.

Pada kesempatan postingan kali ini kita akan sama-sama belajar tentang manajemen breeding kambing dari salah satu master breeding kambing. Beliau adalah Pak Putut yang sudah menggeluti dunia peternakan kambing selama kurang lebih 10 tahun. Beliau juga menjadi salah satu admin grup  facebook PETERNAK KAMBING INDONESIA.

Pada kesempatan yang lalu di grup peternak kambing indonesia mengadakan tanya jawab dengan beliau. Memaparkan dan diskusi tentang manajemen breeding yang telah dilakukan beliau selama ini. Di postingan ini saya hanya mencoba menulis ulang apa yang didiskusikan dalam grup tersebut. Untuk melihat percakapan digrupnya bisa kunjungi link berikut ini https://m.facebook.com/groups/310485687135?view=permalink&id=10152763678387136&ref=bookmark.


Menurut Pak Putut, seekor kambing dara mulai bisa atau siap dikawinkan pada usia sekitar 12 bulan. Bisa saja kambing dere dikawinkan sebelum usia 12 bulan asalkan berat badannya sudah mencapai 60% berat badan induknya. Untuk merangsang kambing segera birahi sebaiknya kambing diberikan pakan yang bernutrisi bagus, dimandikan, dijemur dan diumbar. Selain itu teriakan libido pejantan dan bau khasnya memacu kambing dara segera birahi. Oleh karena itu sebaiknya mendekatkan kambing dere dan pejantan dewasa.

Kambing betina memiliki siklus birahi 18 - 21 hari. Lama birahinya biasanya berlangsung sekitar 30 jam. Apabila lewat masa birahi kambing betina tidak dikawinkan, maka harus menunggu  18 - 21 hari kemudian menunggu kambing betina birahi lagi. Mengawinkan kambing betina harus pada masa birahi. Kalau dipaksa kawin diluar birahi biasanya tidak terjadi pembuahan. Setelah lewat satu masa siklus kambing betina tidak birahi lagi, bisa dipastikan kambing hamil.

Ciri-ciri kambing birahi biasanya kambing gelisah dan mengembik terus-terusan. Embikan kambing birahi dan kambing lapar berbeda. Perbedaannya hanya bisa diketahui dengan cara beternak langsung. Selain itu ciri-ciri yang lain ekornya dikibas-kibaskan terus, nafsu makan turun, kemaluan merah dan cenderung basah. Diantara ciri-ciri kambing birahi tersebut dapat muncul bersama-sama atau salah satunya. Bahkan ada betina yang birahinya tidak tampak/ silent dia hanya mengibaskan ekor jika didekatkan dengan pejantan selama tidak ada pejantan tidak nampak tanda birahi. Sebagai catatatan birahi berlangsung hanya sekitar 30jam an. Artinya disekitar waktu itu saja kambing betina bisa dibuahi kalau sebelum dan sesudah masa itu maka bisa terjadi perkawinan dan tidak terjadi pembuahan. Hindari menunda-nunda mengawinkan dere karena semakin tua usia dere semakin sulit untuk dikawinkan, karena usia 18 bulan ke atas cenderung lebih sulit untuk birahi.

Kambing yang sedang bunting memerlukan perawatan yang baik untuk hasil maksimal. Hasil maksimal outputnya adalah adalah cempe lahir dalam keadaan sehat dan kalau beruntung lahir 2,3 bahkan 4. Untuk mengupayakan kelahiran kambing kembar dapat dilakukan dengan pemilihan genetik, pemberian pakan dan pengaturan perkawinan.

Prinsip dari kelahiran kembar ialah karena kambing betina mampu menghasilkan sel telur lebih dari 1 di dalam rahim. Bisa jadi sel telur yang dihasilkan jumlahnya 2 atau 3 bahkan lebih sehingga telur tersebut siap di lakukan pembuahan baik oleh si pejantan tripel maupun tidak, namun untuk mendapatkan keturunan yang nantinya berpotensi melahirkan tripel, peran jantan lebih dominan.

Pejantan triple adalah pejantan yang dilahirkan tripel. Saat kambing jantan triple mengawini kambing betina berkelahiran tunggal tetap saja betina yang dikawini melahirkan tunggal namun cempe betina yang dilahirkan berpoitensi mewarisi gen tripel. Betina lebih dominan dalam hasil perkawinan saat itu. semisal betina potensi tripel dikawini pejantan potensi tunggal kemungkinan tripel pada saat perkawinan tersebut tetap tinggi.

Yang menjadi persoalan kemudian adalah memilih kambing induk yang berpotensi kembar atau tripel, hal ini disebabkan kita sebagai peternak masih kurang memperhatikan perihal recording ternak sehingga kita kurang mampu mendapat informasi yang kita butuhkan seputar kelahiran kembar dari si kambing yang akan kita pilih. Jika kita melakukan pemilihan induk di pasar maka sebaiknya kita perhatikan beberapa hal antara lain;
1. Induk harus sehat
2. Utamakan postur tubuh besar tinggi dan porposional
3. Produksi susu bagus nampak dari bentuk ambing meskipun dalam masa kering ( hal ini harus diperhatikan apalagi mengingat kelahiran kembar sehingga butuh susu yang lebih untuk si cempe)
4. Pilih induk yang laktasi ke 3 up atau memasuki masa paling produktif (kambing yang sudah berkali-kali beranak cenderung lebih berpotensi berhasil jika dilakukan upaya kelahiran kembar ketimbang dere atau laktasi 1.
5. Dalam pengupayaan kembar pilih betina yang memiliki bentuk perut besar dan cenderung jatuh ke bawah/ bukan kesamping.

Pemberian pakan secara maksimal mulai diberikan semenjak h-10 dari masa birahi kambing. Kita musti tau siklus birahi kambing betina sehingga h-10 pengawinan betina di asupi pakan yang cenderung mengandung protein kasar(PK) tinggi, diharapkan pada saat birahi si betina dalam tingkat produktifitas yang maksimal.

Kelahiran kembar diupaykan juga dengan menerapkan teori asam basa yang melibatkan kromosom x dan y. Secara sederhana adalah sebagai berikut, managemen pertama dilakukan dengan memperhatikan masa birahi, mengawinkan pada masa puncak birahi dalam pengupayan jantan dan diawal maupun di akhir birahi dalam pengupayaan betina. Bisa juga degan mengatur ke asaman saluran reproduksi dengan menyemprotkan cairan tertentu.

Hindari pemberian pakan yang dapat mengakibatkan keluron/ keguguran seperti daun randu, waru, ketapang dan lain-lain. Daun randu memiliki efek keguguran yang tinggi. Selain daun-daun di atas sianida juga sepertinya berpengaruh terhadap keguguran khusus untuk kambing bunting yang mendem sianida parah, ada beberapa kasus yang kami temui kambing bunting yang terserang kembung sianida dan mampu disembuhkan beberapa saat setelah kasus kembung tersebut mengalami keguguran.

Setelah induk kambing melahirkan, segera diberi air gula tujuannya untuk menyegarkan dan memulihkan tenaga, kemudian pantau dan pastikn plasenta atau ari ari keluar, lalu bersihkan bagian pangkal ekor semprot dengan anti lalat, beri makanan bernutrisi namun jangan over menghindari kasus broyongen atau prolpses karena bagin saluran reproduksi masih kedur. Untuk cempe segera bantu bersihkan, potong tali pusar dengan alat yang diseteril (wajib) jika alat tidak seteril bisa mengakibatkan teanus/ kejang, sebaiknya hindari gunting. Kemdian cempe harus segera meyusu ke induk/ kolostrom wajib segera. Tempatkan di bok kusus di dekat induk.

Demikian postingan tentang manajemen breeding kambing untuk bisa diupayakan lahir kembar dan triple. Untuk diskusi lengkapnya bisa kunjungi linknya di sini.
Read More
Peternakan Kambing Perah

Peternakan Kambing Perah

Peternak Kambing Perah Sukses


Peternakan kambing yang diprioritaskan untuk produksi susu memiliki potensi yang besar. Akan tetapi sebanding dengan resiko-resiko yang besar pula. Manajemen kesehatan ternak, manajemen pakan dan manajemen penjualan susu serta manajemen produk paska produksi harus joss. Saya sendiri belum melakukan peternakan kambing perah karena belum mampu dan belum siap untuk segalanya. Untuk saat ini saya baru breeding kecil-kecilan yang siapa tahu bisa berkembang untuk kedepannya.

Tidak ada salahnya belajar mengenai kambing perah terlebih dahulu. Selain untuk menambah kesiapan bisa juga menambah semangat dalam beternak kambing apabila melihat profil-profil peternak kambing yang sudah berhasil dalam bidang ternak kambing. Pada postingan kali ini saya mencoba untuk menulis ulang tentang diskusi dan tanya jawab dengan peternak kambing perah yang menjadi salah satu admin grup facebook PETERNAK KAMBING INDONESIA. Beliau adalah Bapak Habib Abdullah Anis, peternak kambing perah di Karanganyar, Jawa Tengah. Untuk melihat tanya jawabnya langsung di grup, bisa kunjungi link ini.

Peternak kambing perah - profil


Beliau adalah peternak kambing perah yang berdomisili di Desa Jeruk Sawit Kecamatan Gondang Rejo Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Saat ini beliau memiliki total populasi ternak kambing sebanyak 130 ekor kambing yang termasuk cempe, dara, laktasi dan pejantan. Kambing yang diperah 40 ekor dengan produktifitas 50 liter/hari. Jenis kambing perahnya sanen dan safera.

Ada beberapa jenis kambing di Indonesia yang biasa diambil susunya diantaranya kambing etawa yang kemudian booming dengan produk-produk susu kambing etawa yang banyak beredar di pasaran. Tapi kenapa dipilih jenis kambing saanen dan safera, alasannya adalah sebagai berikut:

  • Kambing saanen memiliki produktifitas susu lebih tinggi. Kambing saanen dapat memproduksi susu maksimal 3 liter/ hari.
  • Kambing saanen memiliki masa laktasi yang panjang yaitu selama 2 tahun masa laktasi bahkan ada yang lebih.
  • Kambing saanen jarang terkena masitis karena ambingnya yang menggantung.


Manajemen pakan kambing perah


Kambing perah untuk memproduksi susu membutuhkan pakan dengan kualitas yang bagus. Beliau menggunakan hijauan (hmt) dan konsentrat sebagai pakan kambing perahnya. Waktu pemberian makan kambing perah adalah tiga kali, pagi, siang dan sore. Pagi dan sore kambing perah diberikan pakan hijauan sedangkan sore hari kambing perah diberikan konsentrat.

Pemberian pakan yang berkualitas tidak hanya ketika kambing perah sedang masa produksi tetapi sejak dara dan hamil juga. Untuk jenis hijauan, beliau merekomendasikan yang ada disekitar saja. Yang penting bisa memenuhi protein kasar atau Pk sebesar 16%.

Untuk menyiasati kelangkaan hijauan, beliau juga membuat silase dipeternakan kambing perahnya. Cara membuatnya hijaun dicacah kecil dan dikeringkan untuk mengurangi kadar air silase. Kemudian ditambah probiotik dan disimpan dalam kantong plastik. Silase tersebut dapat disimpan paling lama selama 6 bulan. Plastik harus kuat dan tidak bocor untuk menjaga kualitas silase.
penyimpanan-silase-pakan-kambing
Penyimpanan silase (link sumber)


Untuk kambing perah yang dalam masa produksi diberikan konsentrat sebanyak 60% dari total ransum dan hijauan 40%. Konsentrat yang diberikan memiliki kandungan PK 18% - 20%. Hal ini dilakukan karena beliau mengaku dilingkungan sekitar hijauan agak susah jadi porsi konsentratnya diperbanyak.

Pejantan diberikan perlakuan yang sedikit berbeda. Setiap bulannya kambing jantan diberikan jamu khusus untuk menjaga vitalitas pejantan. Makannya 70% hijauan dan 30% konsentrat. Kambing jantan dipisahkan dari indukan yang sedang hamil.

Cempe yang lahir menyusu ke induknya selama satu bulan kemudian secara bertahap digantikan sengan susu formula.

Penjualan susu kambing


Pangsa pasar beliau adalah lingkungan sekitar, toko-toko, komunitas dan kedai beliau sendiri.

Produksi susu kambing 50 liter/hari, beliau memperkerjakan 6 anak kandang. 2 orang bekerja di bagian pemerahan dan perawatan, 2 orang dibagian pakan, 1 orang sebagai supervisor dan 1 orang lagi di bagian transportasi susu kambing. Pemerahan masih dilakukan secara manual.

Sebelum memutuskan untuk beternak kambing perah beliau menyarankan untuk melakukan survey pasar terlebih dahulu. Bagaimana minat masyarakat sekitar terhadap susu kambing. Hal ini supaya produksi susu dapat terserap oleh pasar sehingga cashflow berjalan baik. Dengan produksi susu kambing 50 liter/hari beliau memperoleh omset sekitar 45 jt rupiah per bulannya.



Read More