Eceng Gondok untuk Pakan Kambing dan Domba (sebuah angan-angan)
Siapa yang tidak tahu eceng gondok, ? saya kiri semua orang tahu. Tanaman yang banyak tumbuh di perairan, berwarna hijau dan mengapung serta jumlahnya yang sangat buanyak. Pertumbuhan eceng Gondok pun sangat cepat. Lalu apakah bisa tanaman ini dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia, seperti kambing, domba atau sapi.
Saya menemukan jurnal penelitian yang meneliti tentang pemanfaatan tanaman eceng gondok untuk dijadikan makanan ternak ruminasia. Tapi ternak ruminansianya bukan kambing, domba atau sapi melainkan kelinci. Tidak apa-apa. Kelinci juga termasuk hewan ruminansia, hanya saja lebih kecil. Mungkin nanti kalau saya menemukan jurnal tentang penelitian eceng gondok untuk pakan kambing, domba atau sapi akan saya share di blog ini.
Saya sendiri belum tahu banyak mengenai tanaman ini karena di daerah saya jumlahnya tidak banyak. Mungkin di daerah kawan-kawan yang banyak ditemui tanaman eceng gondok, mungkin bisa jadi langkah awal untuk mencoba menjadikan eceng gondok sebagai pakan alternatif untuk ternak kambing, domba atau sapi.
Baiklah, sebagai langkah awal ada baiknya kalau saya mengenal terlebih dahulu tanaman eceng gondok ini. Untuk penelitiannya mungkin akan saya share di postingan berikutnya. Saya baca-baca dan pelajari terlebih dahulu jurnal penelitiannya. Ok, Berikut adalah teorinya.
Eceng gondok (Eichhornia crassipes Martius (Solms-Laubach) merupakam tumbuhan air perennial atau tahunan dan masuk kedalam jenis Pontedericeae yaitu salah satu anggota tumbuhan berbunga yang berasal dari lembah Amazon, Amerika Selatan. Sejak akhir tahun 1800-an Eceng gondok telah menyebar ke seluruh dunia sebagai tanaman hias di negara-negara tropis maupun subtropis dan negara yang bersuhu hangat. Eceng gondok memiliki produktifitas dan pertumbuhan yang paling cepat di antara seluruh tanaman air, dimana hal ini dapat menurunkan ekosistem air dan mengurangi manfaatnya (Hill, dkk. 2011).
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) umumnya dianggap sebagai gulma yang tumbuh banyak hampir di semua perairan daerah tropis maupun subtropis dan tumbuh pula di Indonesia. Sebagai gulma air, eceng gondok mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan cepat dalam berkembang biak. Tumbuhan ini hidup terapung pada permukaan air atau mengembangkan perakarannya di dalam lumpur sehingga dalam waktu singkat dapat menutupi permukaan air dan mengakibatkan menurunnya ekosistem perairan disekitarnya. Eceng gondok dapat menghilangkan keberadaan tumbuhan asli didalam perairan tersebut karena berkurangnya kandungan oksigen, mentolerir masuknya cahaya, suhu dan pH sehingga memberikan keunggulan lebih dari pada tumbuhan asli itu sendiri. Perkembangbiakan eceng gondok tentu ada keuntungan atau kerugian yang dimiliki tumbuhan air tersebut.
Disisi lain, eceng gondok mempunyai potensi selain keberadaannya yang dianggap sebagai gulma air yang sangat merugikan manusia, disisi lain dapat berperan menyerap Bahan Berat Beracun (B3) didalam air, pembuatan kerajian kertas seni, bahan baku pupuk tanaman, sebagai sumber gas yang diperoleh dengan cara fermentasi serta sebagai pakan ternak. Eceng gondok juga memiliki kelebihan, seperti pada daunnya yang mengandung kalsium lebih tinggi dari pada batang dan akarnya yang berguna untuk menetralkan asam organik hasil metabolisme (seperti asam oksalat) yang bersifat racun bagi ternak. Selain itu dilaporkan pula dalam daun eceng gondok diperkaya dengan kandungan karotennya yang cukup tinggi sekitar 109.000 IU/100 gram (Marlina dan Askar, 2001). Kelebihan eceng gondok lainnya yaitu mempunyai kandungan nutrisi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif ternak karena adanya kandungan pigmen karotenoid terutama pigmen β-karoten dan xantofil (Setiawan, dkk. 2013). Namun pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan pakan mempunyai beberapa kelemahan antara lain: kadar airnya tinggi, teksturnya halus, mengandung banyak hemiselulosa dan proteinnya sulit dicerna, hal ini perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu dalam penggunaan eceng gondok baik pengolahan fisik, kimia, biologi maupun kombinasinya.
Salah satu cara pengolahan secara biologi adalah dengan melakukan pembuatan silase. Proses silase dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kandungan protein, menurunkan serat serta meningkatkan kecernaan, pembuatan Silase eceng gondok diharapkan mampu meningkatkan kandungan nutrisi pada eceng gondok, seperti meningkatnya kandungan protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar. Beberapa cara pengawetan hijauan untuk menyediakan pakan hijauan sepanjang tahun antara lain dengan pembuatan silase (proses pengawetan hijauan dengan teknologi fermentasi anaerob) karena penggunaan teknologi fermentasi anaerob lebih sesuai untuk diterapkan dalam penyediaan pakan. Kondisi ini dikarenakan, selain produk yang dihasilkan lebih tahan lama, teknologi fermentasi mensyaratkan kadar air tinggi yang secara alami dimiliki oleh bahan pakan setelah dipanen. Keadaan ini berdampak pada lebih ekonomisnya teknologi fermentasi karena biaya, waktu dan tenaga yang dialokasikan lebih sedikit.
sumber:
Phioneer, Hurin Ria , Husmy Yurmiati, Sauland Sinaga. 2015 TINGKAT PENGGUNAAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DALAM SILASE RANSUM KOMPLIT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI RANSUM KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran