Isi dari blog ini di update di kambingjoynim.com
Kunyit dapat Meningkatkan Bobot Ternak

Kunyit dapat Meningkatkan Bobot Ternak

Kunyit untuk meningkatkan bobot ternak

Kunyit adalah tanaman salah satu dari tanaman herbal Indonesia yang sudah dikenal akan segudang manfaatnya.  Kandungan-kandungan zat yang ada pada kunyit adalah; minyak atsiri (5%); curcumin (60%); minyak zinge rene (25%); glucose (28%); fructose (12%) dan protein (8%) serta vitamin. Manfaat dari kunyit antara lain kunyit dapat merangsang kantong empedu sehingga pencernaan lebih sempurna dan minyak atsiri yang terkandung di dalam kunyit dapat mengurangi gerak peristaltik usus yang terlalu kuat. Oleh karena itu pemanfaatan kunyit dapat untuk menambah nafsu makan, menghilangkan bau amis, bersih darah dan lain-lain.

Banyak kasiat diperoleh dari kunyit disebabkan oleh senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya terutama kurkumin dan minyak atsiri. Kurkumin yang terkandung dalam kunyit ini mempunyai aktifitas biologis berskala luas, diantaranya: anti bakteri, anti oksidan dan anti hepatoksik. Dari sebuah penelinitian telah menunjukkan bahwa pemberian tepung umbi kunyit dalam ransum komersial sampai dosis 0.60 % dapat meningkatkan pertumbuhan pada ternak ayam pedaging.

Penggunaan kunyit sebagai campuran bahan pakan dapat menambah jumlah bobot hewan ternak. Sebuah penelitian dari salah satu universitas negeri di Jawa tengah melaporkan bahwa pemberian kunyit dalam bentuk ekstrak kemasan kapsul memberikan pengaruh nyata terhadap kenaikan bobot hewan ternak yaitu ayam broiler. Dari hal positif ini besar kemungkinan penggunaan kunyit untuk hewan ternak lain misal kambing, domba, sapi dan kerbau.
Kunyit-penambah-berat-badan-ternak



Secara singkat penelitiannya seperti ini. Sejumlah ayam broiler atau ayam pedaging di beri ekstrak kunyit dengan dosis perlakuan 200 mg/kg berat badan/hari, 400 mg/kg berat badan/hari dan 600 mg/kg berat badan/hari. Untuk mengontrol apakah pemberian kunyit berpengaruh atau tidak sejumlah ayam broiler tidak diberi ekstrak kunyit. Semua diberi pakan yang sama dalam jumlah yang sudah diukur.

Hasil penelitiannya sebagai berikut:
Setelah tiga minggu ayam-ayam ditimbang berat badannya;
Ayam yang tidak diberi kunir beratnya 713,167 gram per ekor.
Ayam yang diberi kunir 200 mg/kg bb/ekor beratnya 755 g/ekor.
Ayam yang diberi kunir 400 mg/kg bb/ekor beratnya 810 g/ekor.
Ayam yang diberi kunir 600 mg/kg bb/ekor beratnya 713,833 g/ekor.


Penimbangan berat badan selanjutnya dilakukan saat usia 6 minggu. Untuk dosis 200 mg menunjukkan hasil yang positif terjadi peningkatan berat badan. Sedangkan dosis 400 mg dan 600 mg menunjukkan perkembangan yang tidak begitu signifikan bila dibandingkan ayam broiler kontrol. Lihat Temulawak untuk meningkatkan nafsu makan kambing


Dilaporkan juga bahwa selama pemberian kunyit jumlah konsumsi pakan tidak ada bedanya dengan ayam yang tidak diberi ekstrak kunyit. Berarti dengan tambahan kunyit proses penyerapan nutrisi oleh ayam menjadi lebih efektif. Tentunya dengan jumlah yang sesuai karena kalau jumlah pemberian kunyit terlalu banyak hasilnya juga tidak terlalu signifikan. Rugi tenaga dan rugi beli kunyitnya.


Bagaimana kalau kunyit diberikan pada kambing? Belum banyak diketahui peenelitian secara langsung tentang pemberian kunyit terhadap hewan ruminansia. Akan tetapi saya kira efeknya juga akan bagus asal pemberian kunyit dalam jumlah yang pas. Intinya adalah kunyit dapat membantu proses pencernaan lebih efektif sehingga lebih banyak nutrisi terkandung dalam pakan yang terserap oleh kambing. Tapi semua itu perlu untuk diuji cobakan terlebih dahulu.

Ref: 
http://www.ternakpertama.com/2014/12/pengaruh-ekstrak-kunyit-curcuma.html
Kadarsih,Siwitri.2007.Pemberian Ekstrak Hypophise Sapi dan Tepung Umbi Kunyit terhadap Produktivitas Kambing Lokal. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 2, No 1, Januari – Juni 2007
Read More
Efisiensi Peternakan Kambing

Efisiensi Peternakan Kambing

Mempercepat Tercapainya Pubertas Kambing


Umur, berat badan dan kondisi tubuh berpengaruh terhadap tercapainya pubertas pada kambing. Kambing yang tumbuh lebih cepat akan mencapai pubertas lebih awal. Pada kambing pubertas dicapai pada umur bervariasi 6 – 12 bulan atau pada berat sekitar 55-60% berat badan dewasa (Sutama et al., 1995). Umur pubertas erat kaitannya dengan kondisi pakan yang dikonsumsi. Ternak yang diberi pakan tambahan konsentrat urea molases blok (UMB) mencapai pubertas 20 hari lebih cepat (Wodzicka-Tomaszewska dan Mastika, 1993). Pemberian hormon pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) pada umur sekitar 7 bulan dapat menstimuli terjadinya siklus birahi dan ovulasi (Sutama et al., 1988c; Artiningsih et al., 1996).

Manfaat yang lebih besar dari mempercepat tercapainya pubertas terjadi di daerah sub-tropis dimana aktivitas seksual kambing dan domba dipengaruhi oleh musim. Di daerah tersebut, kelahiran pada ternak kambing dan domba umumnya terjadi di musim semi dan pubertas dicapai pada musim gugur, saat mana ternak telah berumur sekitar 6-8 bulan. Bila pubertas tidak tercapai pada umur tersebut, maka perkawinan pertama baru terjadi pada musim gugur tahun berikutnya (Yates et al., 1975). Hal ini tidak terjadi pada ternak di daerah tropis. Walaupun demikian, evaluasi terhadap pencapaian umur pubertas perlu dilakukan. Umur pubertas dapat dipakai sebagai salah satu parameter dalam memilih ternak yang lebih produktif. Ternak yang mencapai pubertas lebih awal, setelah dewasa akan mempunyai produktivitas yang lebih tinggi (Levine et al., 1998; Ponzoni et al., 1979; Sutama, 1992a).

Peningkatan Jumlah Anak Sekelahiran dan Berat Sapih


Jumlah anak sekelahiran (JAS) umumnya mempunyai hubungan negatif dengan berat lahir dan berat sapih. Peningkatan JAS diikuti dengan penurunan berat lahir dan berat sapih. Hal ini berkaitan dengan kapasitas uterus dalam menampung fetus dan konsumsi susu anak pra-sapih. Demikian pula JAS yang lebih tinggi biasanya akan diikuti dengan peningkatan mortalitas (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991;  Sutama et al., 1993).

Kambing PE memiliki tingkat kesuburan yang tinggi ditunjukkan dengan  JAS 1,3 – 1,7 dan rataan 1,5 (Subandriyo et al., 1986; Adriani et al., 2003; Sutama et al., 2007c). Namun masih ada sekitar 41,7% induk yang beranak tunggal (Sutama et al., 2007c). Upaya peningkatan JAS dilakukan dengan peningkatan jumlah sel telur yang diovulasikan (superovulasi), dengan harapan akan ada lebih banyak sel telur yang dibuahi dan tumbuh berkembang menjadi anak. Pregnant Mare Serum Gonadotrophin (PMSG) merupakan hormon yang paling sering dipakai dalam program superovulasi pada kambing (Artiningsih et al., 1996; Sutama et al., 2002a; Adriani et al., 2003) maupun domba (McIntosh et al., 1975; Sutama, 1988; Sutama et al., 1988a). Penyuntikan PMSG dengan dosis 500 - 700 iu/ekor meningkatkan jumlah ovulasi sebesar 80-160% dan anak yang lahir sebesar 31-72% (Artiningsih et al., 1996; Adriani et al., 2003).

Teknologi superovulasi juga dapat meningkatkan produksi susu sebesar 32%, jumlah anak disapih dan berat sapih 37-53% (Adriani et al., 2003; 2004). Hal ini terkait dengan lebih tingginya kadar hormon progesteron maupun estrogen. Kedua jenis hormon tersebut merangsang pertumbuhan kelenjar ambing (Manalu dan Sumaryadi, 1995; Sutama et al., 2002a). Di samping secara hormonal, peningkatan JAS dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi gizi sekitar waktu kawin (flushing). Cara ini relatif mudah dan dapat dilakukan di tingkat lapang oleh petani. Namun peningkatan JAS yang terjadi tidak setinggi cara hormonal, yaitu 22% (Adiati et al., 1999).

Peningkatan laju ovulasi akibat superovulasi ataupun flushing diikuti dengan lebih tingginya sel telur yang tidak berkembang menjadi anak (ova-wastage) yaitu sebesar 28,2 - 40,1%. Ini terjadi karena sel telur tidak dibuahi atau karena kematian embrio  (Sutama et al., 1988b; Sutama, 1989a, 1989b; Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991; Artiningsih et al., 1996; Adriani et al., 2003). Walaupun demikian superovulasi dapat meningkatkan produktivitas induk sebesar 109,6% dari total anak yang disapih (Adriani et al., 2003).

Memperpendek Selang Beranak


Selang beranak adalah jarak waktu antara beranak dengan beranak berikutnya. Oleh karena itu, selang beranak ditentukan oleh lama kebuntingan dan interval birahi setelah beranak. Variasi lama kebuntingan pada kambing relatif kecil yaitu 144 – 156 hari (Sutama, 1996; Artiningsih et al., 1996; Adiati et al.,  1999; Budiarsana dan Sutama, 2001, Kostaman dan Sutama, 2006). Tiga sampai 5 bulan setelah beranak, ternak umumnya akan birahi kembali sehingga selang beranak antara 8 – 10 bulan.  Di tingkat lapangan  selang beranak dapat mencapai lebih dari  12 bulan. Hal ini sering disebabkan oleh karena tidak terdeteksinya birahi dan  petani tidak memiliki pejantan. Padahal, penentuan birahi pada kambing lebih sulit tanpa adanya pejantan (Sutama et al., 1993).

Di samping itu, ternak kadang-kadang tidak menunjukkan tanda birahi dengan jelas, walaupun secara fisiologis dalam keadaan birahi (Silent heat) (Edey, et al., 1978; Sutama et al., 1988a; 1988b; 1988c). Hal ini disebabkan karena tidak adanya hormon progesteron yang cukup tinggi untuk menstimulir meningkatnya sekresi hormon estrogen yang diperlukan untuk terjadinya ekspresi birahi (Foster dan Ryan, 1981; Sutama et al., 1988c).

Masalah tersebut dapat diatasi melalui perbaikan manajemen perkawinan yaitu dengan menempatkan pejantan pada kelompok betina (perkawinan secara alami) selama 2 siklus birahi (40 hari). Sedangkan pada perkawinan alami secara dituntun (hand mating) atau secara inseminasi buatan (IB), perkawinan/inseminasi dilakukan pada setengah bagian akhir masa birahi dan diulang 10-12 jam kemudian.

Meningkatkan Efisiensi Perkawinan


Perkawinan Alami

Cara mudah untuk mendapatkan angka kebuntingan yang tinggi adalah dengan sistem kawin alam.  Rasio antara jantan dan betina dalam perkawinan alami ini dapat 1:10 – 1:50 ekor, bahkan dengan manajemen perkawinan yang baik, jumlah betina dapat ditingkatkan. Di daerah tropis, siklus birahi pada kambing dapat terjadi sepanjang tahun, sesuai dengan rithme reproduksinya asalkan kondisi tubuh ternak mendukung terjadinya proses reproduksi (Wodzicka-Tomaszewska et al., 1991; Sutama et al., 1993; Sutama, 2009). Namun kelahiran setiap saat sepanjang tahun justru akan mengakibatkan tingginya alokasi waktu petani untuk mengurus induk dan anak kambing yang baru lahir. Untuk mengatasi hal ini, telah dilakukan sinkronisasi birahi dan ovulasi secara hormonal menggunakan PGF2α (prostaglandin analog) atau progesteron sinthetis, dan diperoleh persentase birahi secara serempak mencapai 80 - 100% (Artiningsih et al., 1996; Adiati et al.; 1998; Sutama et al., 2002a; Semiadi et al., 2003). 

Dampak dari banyaknya kambing yang birahi dan kawin secara serempak maka manajemen pemeliharaan akan lebih mudah dilakukan dan lebih efisien. Di samping itu jumlah anak yang lahir dalam satuan waktu meningkat dan pada akhirnya pendapatan petani meningkat.

Di samping sinkronisasi secara hormonal, sikronisasi secara biologis dengan menggunakan pejantan (efek pejantan) lebih murah dan mudah dilaksanakan (Oldham, 1980; Knight, 1983; Adiati et al., 1998). Pheromon yang dikeluarkan pejantan menyebabkan peningkatan sekresi luteinizing hormone (LH) pada betina dalam waktu sekitar 2 jam. Sekresi LH tersebut kemudian diikuti dengan peningkatan sekresi hormon estrogen yang menyebabkan terjadinya birahi, dan lonjakan sekresi LH berikutnya menyebabkan ovulasi (Chesworth dan Tait, 1974).

Untuk memperoleh hasil sinkronisasi yang lebih tinggi, ternak betina diisolasi dari ternak jantan selama 3 - 4 minggu, baik secara fisik, pengelihatan, suara dan bau.  Kemudian secara tiba-tiba ternak betina diintroduksi pada pejantan atau sebaliknya. Dalam waktu 2-8 hari, ternak betina akan menunjukkan tanda-tanda birahi dan perkawinan terjadi secara normal. Namun tingkat kebuntingan yang diperoleh relatif rendah (30%) (Adiati et al., 1998).  Bagi ternak yang tidak bunting, siklus birahi berikutnya (20 hari kemudian) akan terjadi secara normal.

Inseminasi Buatan

Pemanfaatan teknologi inseminasi buatan (IB) mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan produktivitas ternak dan efisiensi usaha, terutama dalam memanfaatkan pejantan unggul, dan menurunkan biaya pemeliharaan pejantan.     

Teknologi IB berhubungan erat dengan teknik pengenceran semen, penyimpanan, pendeteksian waktu birahi dan teknis inseminasi. Beberapa jenis pengencer yang telah dikembangkan untuk mengawetkan semen sapi, kerbau, domba dan kambing adalah laktose (Jellinek et al., 1980), susu skim (Herdis et al., 2002) dan tris-sitrat (Tambing et al., 2000; 2001;  2003a, 2003b; Sutama, 2002; Kostaman dan Sutama, 2006). 

Berbeda halnya pada sapi, IB pada kambing belum banyak dilakukan. Kesulitan dalam melakukan deposisi semen intra-uterine merupakan salah satu kendala IB pada kambing. Servik kambing yang berkelok-kelok (berbentuk spiral) menyulitkan alat inseminasi (insemination gun) dapat masuk sampai ke uterus.  Umumnya deposisi semen hanya dapat dilakukan diluar servik atau dalam vagina sehingga tingkat kebuntingan yang diperoleh masih rendah yaitu sekitar 30% (Budiarsana dan Sutama, 2001; Sutama et al., 2002b; Ngangi, 2002).

Untuk meningkatkan keberhasilan IB, beberapa inovasi teknologi telah diterapkan di antaranya dengan melakukan IB pada waktu yang tepat (35-40 jam setelah onset birahi) dan inseminasi dilakukan 2 kali dalam selang waktu 12 jam. Melalui teknik ini tingkat kebuntingan yang diperoleh meningkat dari sekitar 30% menjadi 41-56% (Budiarsana dan Sutama, 2001; Sutama et al., 2002b). Tingkat keberhasilan IB yang lebih tinggi (70%-80%) diperoleh dengan melakukan IB di dalam uterus (Susilawati dan Afroni, 2008), dengan menggunakan alat IB yang memungkinkan gun IB melewati servik.

 Meningkatkan Kemampuan Hidup Anak


Kematian kambing anak, khususnya pada masa pra-sapih dapat mencapai 10 – 50% (Sutama et al., 1993; 2008; Adriani et al., 2003). Rendahnya bobot lahir anak dan produksi susu induk serta sifat keindukan yang kurang baik merupakan penyebab utama kematian anak pra-sapih (Wodzicka-Tomaszewska, et al., 1991). Umur 0-3 hari merupakan masa kritis bagi anak, dan konsumsi kolostrum pada masa ini sangat penting untuk memperoleh antibodi (Esfandiari et al., 2008). Untuk mengatasi masalah tersebut di atas dapat dilakukan dengan perlakuan superovulasi dan perbaikan kondisi pakan induk, maupun anaknya dengan penerapan teknologi susu pengganti (milk replacer) dan/atau creep feeding. 

Susu sapi segar adalah paling umum dan cukup aman dipakai sebagai bahan dasar susu pengganti untuk kambing anak. Sedangkan pakan creep feeding dibuat dari campuran beberapa bahan pakan (dedak padi, pollard, bungkil kedele, dan mineral) dengan  kandungan protein kasar sekitar 24% dan total digestible nutrient (TDN) 70%.  Melalui cara ini tingkat kematian anak pra-sapih dapat diturunkan dari 13-18% menjadi 0-4%. Akibatnya jumlah anak yang disapih dan dijual meningkat 15-17% (Martawidjaja et al., 1999; Adriani et al., 2003; Sutama et al., 2008).

Sumber:
Orasi Ilmiah Pengukuhan Profesor Riset : Prof. Dr. Ir.  I-Ketut Sutama
Tulisan asli lihat di sini.
Read More
Manajemen Breeding Kambing

Manajemen Breeding Kambing

Breeding Kambing


Dalam peternakan kambing, breeding kambing adalah hal mendasar dalam beternak kambing. Kenapa saya katakan mendasar, karena kegiatan-kegiatan peternakan kambing seperti penggemukan dan pemerahan tidak bisa berkelanjutan tanpa adanya breeding. Penggemukan kambing memerlukan stok populasi kambing dan stoknya diperoleh dari breeding kambing begitu juga untuk kambing perah harus ada reproduksi kambing-kambing baru yang berkualitas.

Secara sederhana saya menyebut breeding kambing sebagai usaha mengkembangbiakan atau menganakpinakan kambing. Breeding kambing terlihat sederhana namun untuk memperoleh hasil maksimal diperlukan manajemen yang memadai.

Pada kesempatan postingan kali ini kita akan sama-sama belajar tentang manajemen breeding kambing dari salah satu master breeding kambing. Beliau adalah Pak Putut yang sudah menggeluti dunia peternakan kambing selama kurang lebih 10 tahun. Beliau juga menjadi salah satu admin grup  facebook PETERNAK KAMBING INDONESIA.

Pada kesempatan yang lalu di grup peternak kambing indonesia mengadakan tanya jawab dengan beliau. Memaparkan dan diskusi tentang manajemen breeding yang telah dilakukan beliau selama ini. Di postingan ini saya hanya mencoba menulis ulang apa yang didiskusikan dalam grup tersebut. Untuk melihat percakapan digrupnya bisa kunjungi link berikut ini https://m.facebook.com/groups/310485687135?view=permalink&id=10152763678387136&ref=bookmark.


Menurut Pak Putut, seekor kambing dara mulai bisa atau siap dikawinkan pada usia sekitar 12 bulan. Bisa saja kambing dere dikawinkan sebelum usia 12 bulan asalkan berat badannya sudah mencapai 60% berat badan induknya. Untuk merangsang kambing segera birahi sebaiknya kambing diberikan pakan yang bernutrisi bagus, dimandikan, dijemur dan diumbar. Selain itu teriakan libido pejantan dan bau khasnya memacu kambing dara segera birahi. Oleh karena itu sebaiknya mendekatkan kambing dere dan pejantan dewasa.

Kambing betina memiliki siklus birahi 18 - 21 hari. Lama birahinya biasanya berlangsung sekitar 30 jam. Apabila lewat masa birahi kambing betina tidak dikawinkan, maka harus menunggu  18 - 21 hari kemudian menunggu kambing betina birahi lagi. Mengawinkan kambing betina harus pada masa birahi. Kalau dipaksa kawin diluar birahi biasanya tidak terjadi pembuahan. Setelah lewat satu masa siklus kambing betina tidak birahi lagi, bisa dipastikan kambing hamil.

Ciri-ciri kambing birahi biasanya kambing gelisah dan mengembik terus-terusan. Embikan kambing birahi dan kambing lapar berbeda. Perbedaannya hanya bisa diketahui dengan cara beternak langsung. Selain itu ciri-ciri yang lain ekornya dikibas-kibaskan terus, nafsu makan turun, kemaluan merah dan cenderung basah. Diantara ciri-ciri kambing birahi tersebut dapat muncul bersama-sama atau salah satunya. Bahkan ada betina yang birahinya tidak tampak/ silent dia hanya mengibaskan ekor jika didekatkan dengan pejantan selama tidak ada pejantan tidak nampak tanda birahi. Sebagai catatatan birahi berlangsung hanya sekitar 30jam an. Artinya disekitar waktu itu saja kambing betina bisa dibuahi kalau sebelum dan sesudah masa itu maka bisa terjadi perkawinan dan tidak terjadi pembuahan. Hindari menunda-nunda mengawinkan dere karena semakin tua usia dere semakin sulit untuk dikawinkan, karena usia 18 bulan ke atas cenderung lebih sulit untuk birahi.

Kambing yang sedang bunting memerlukan perawatan yang baik untuk hasil maksimal. Hasil maksimal outputnya adalah adalah cempe lahir dalam keadaan sehat dan kalau beruntung lahir 2,3 bahkan 4. Untuk mengupayakan kelahiran kambing kembar dapat dilakukan dengan pemilihan genetik, pemberian pakan dan pengaturan perkawinan.

Prinsip dari kelahiran kembar ialah karena kambing betina mampu menghasilkan sel telur lebih dari 1 di dalam rahim. Bisa jadi sel telur yang dihasilkan jumlahnya 2 atau 3 bahkan lebih sehingga telur tersebut siap di lakukan pembuahan baik oleh si pejantan tripel maupun tidak, namun untuk mendapatkan keturunan yang nantinya berpotensi melahirkan tripel, peran jantan lebih dominan.

Pejantan triple adalah pejantan yang dilahirkan tripel. Saat kambing jantan triple mengawini kambing betina berkelahiran tunggal tetap saja betina yang dikawini melahirkan tunggal namun cempe betina yang dilahirkan berpoitensi mewarisi gen tripel. Betina lebih dominan dalam hasil perkawinan saat itu. semisal betina potensi tripel dikawini pejantan potensi tunggal kemungkinan tripel pada saat perkawinan tersebut tetap tinggi.

Yang menjadi persoalan kemudian adalah memilih kambing induk yang berpotensi kembar atau tripel, hal ini disebabkan kita sebagai peternak masih kurang memperhatikan perihal recording ternak sehingga kita kurang mampu mendapat informasi yang kita butuhkan seputar kelahiran kembar dari si kambing yang akan kita pilih. Jika kita melakukan pemilihan induk di pasar maka sebaiknya kita perhatikan beberapa hal antara lain;
1. Induk harus sehat
2. Utamakan postur tubuh besar tinggi dan porposional
3. Produksi susu bagus nampak dari bentuk ambing meskipun dalam masa kering ( hal ini harus diperhatikan apalagi mengingat kelahiran kembar sehingga butuh susu yang lebih untuk si cempe)
4. Pilih induk yang laktasi ke 3 up atau memasuki masa paling produktif (kambing yang sudah berkali-kali beranak cenderung lebih berpotensi berhasil jika dilakukan upaya kelahiran kembar ketimbang dere atau laktasi 1.
5. Dalam pengupayaan kembar pilih betina yang memiliki bentuk perut besar dan cenderung jatuh ke bawah/ bukan kesamping.

Pemberian pakan secara maksimal mulai diberikan semenjak h-10 dari masa birahi kambing. Kita musti tau siklus birahi kambing betina sehingga h-10 pengawinan betina di asupi pakan yang cenderung mengandung protein kasar(PK) tinggi, diharapkan pada saat birahi si betina dalam tingkat produktifitas yang maksimal.

Kelahiran kembar diupaykan juga dengan menerapkan teori asam basa yang melibatkan kromosom x dan y. Secara sederhana adalah sebagai berikut, managemen pertama dilakukan dengan memperhatikan masa birahi, mengawinkan pada masa puncak birahi dalam pengupayan jantan dan diawal maupun di akhir birahi dalam pengupayaan betina. Bisa juga degan mengatur ke asaman saluran reproduksi dengan menyemprotkan cairan tertentu.

Hindari pemberian pakan yang dapat mengakibatkan keluron/ keguguran seperti daun randu, waru, ketapang dan lain-lain. Daun randu memiliki efek keguguran yang tinggi. Selain daun-daun di atas sianida juga sepertinya berpengaruh terhadap keguguran khusus untuk kambing bunting yang mendem sianida parah, ada beberapa kasus yang kami temui kambing bunting yang terserang kembung sianida dan mampu disembuhkan beberapa saat setelah kasus kembung tersebut mengalami keguguran.

Setelah induk kambing melahirkan, segera diberi air gula tujuannya untuk menyegarkan dan memulihkan tenaga, kemudian pantau dan pastikn plasenta atau ari ari keluar, lalu bersihkan bagian pangkal ekor semprot dengan anti lalat, beri makanan bernutrisi namun jangan over menghindari kasus broyongen atau prolpses karena bagin saluran reproduksi masih kedur. Untuk cempe segera bantu bersihkan, potong tali pusar dengan alat yang diseteril (wajib) jika alat tidak seteril bisa mengakibatkan teanus/ kejang, sebaiknya hindari gunting. Kemdian cempe harus segera meyusu ke induk/ kolostrom wajib segera. Tempatkan di bok kusus di dekat induk.

Demikian postingan tentang manajemen breeding kambing untuk bisa diupayakan lahir kembar dan triple. Untuk diskusi lengkapnya bisa kunjungi linknya di sini.
Read More
Peternakan Kambing Perah

Peternakan Kambing Perah

Peternak Kambing Perah Sukses


Peternakan kambing yang diprioritaskan untuk produksi susu memiliki potensi yang besar. Akan tetapi sebanding dengan resiko-resiko yang besar pula. Manajemen kesehatan ternak, manajemen pakan dan manajemen penjualan susu serta manajemen produk paska produksi harus joss. Saya sendiri belum melakukan peternakan kambing perah karena belum mampu dan belum siap untuk segalanya. Untuk saat ini saya baru breeding kecil-kecilan yang siapa tahu bisa berkembang untuk kedepannya.

Tidak ada salahnya belajar mengenai kambing perah terlebih dahulu. Selain untuk menambah kesiapan bisa juga menambah semangat dalam beternak kambing apabila melihat profil-profil peternak kambing yang sudah berhasil dalam bidang ternak kambing. Pada postingan kali ini saya mencoba untuk menulis ulang tentang diskusi dan tanya jawab dengan peternak kambing perah yang menjadi salah satu admin grup facebook PETERNAK KAMBING INDONESIA. Beliau adalah Bapak Habib Abdullah Anis, peternak kambing perah di Karanganyar, Jawa Tengah. Untuk melihat tanya jawabnya langsung di grup, bisa kunjungi link ini.

Peternak kambing perah - profil


Beliau adalah peternak kambing perah yang berdomisili di Desa Jeruk Sawit Kecamatan Gondang Rejo Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Saat ini beliau memiliki total populasi ternak kambing sebanyak 130 ekor kambing yang termasuk cempe, dara, laktasi dan pejantan. Kambing yang diperah 40 ekor dengan produktifitas 50 liter/hari. Jenis kambing perahnya sanen dan safera.

Ada beberapa jenis kambing di Indonesia yang biasa diambil susunya diantaranya kambing etawa yang kemudian booming dengan produk-produk susu kambing etawa yang banyak beredar di pasaran. Tapi kenapa dipilih jenis kambing saanen dan safera, alasannya adalah sebagai berikut:

  • Kambing saanen memiliki produktifitas susu lebih tinggi. Kambing saanen dapat memproduksi susu maksimal 3 liter/ hari.
  • Kambing saanen memiliki masa laktasi yang panjang yaitu selama 2 tahun masa laktasi bahkan ada yang lebih.
  • Kambing saanen jarang terkena masitis karena ambingnya yang menggantung.


Manajemen pakan kambing perah


Kambing perah untuk memproduksi susu membutuhkan pakan dengan kualitas yang bagus. Beliau menggunakan hijauan (hmt) dan konsentrat sebagai pakan kambing perahnya. Waktu pemberian makan kambing perah adalah tiga kali, pagi, siang dan sore. Pagi dan sore kambing perah diberikan pakan hijauan sedangkan sore hari kambing perah diberikan konsentrat.

Pemberian pakan yang berkualitas tidak hanya ketika kambing perah sedang masa produksi tetapi sejak dara dan hamil juga. Untuk jenis hijauan, beliau merekomendasikan yang ada disekitar saja. Yang penting bisa memenuhi protein kasar atau Pk sebesar 16%.

Untuk menyiasati kelangkaan hijauan, beliau juga membuat silase dipeternakan kambing perahnya. Cara membuatnya hijaun dicacah kecil dan dikeringkan untuk mengurangi kadar air silase. Kemudian ditambah probiotik dan disimpan dalam kantong plastik. Silase tersebut dapat disimpan paling lama selama 6 bulan. Plastik harus kuat dan tidak bocor untuk menjaga kualitas silase.
penyimpanan-silase-pakan-kambing
Penyimpanan silase (link sumber)


Untuk kambing perah yang dalam masa produksi diberikan konsentrat sebanyak 60% dari total ransum dan hijauan 40%. Konsentrat yang diberikan memiliki kandungan PK 18% - 20%. Hal ini dilakukan karena beliau mengaku dilingkungan sekitar hijauan agak susah jadi porsi konsentratnya diperbanyak.

Pejantan diberikan perlakuan yang sedikit berbeda. Setiap bulannya kambing jantan diberikan jamu khusus untuk menjaga vitalitas pejantan. Makannya 70% hijauan dan 30% konsentrat. Kambing jantan dipisahkan dari indukan yang sedang hamil.

Cempe yang lahir menyusu ke induknya selama satu bulan kemudian secara bertahap digantikan sengan susu formula.

Penjualan susu kambing


Pangsa pasar beliau adalah lingkungan sekitar, toko-toko, komunitas dan kedai beliau sendiri.

Produksi susu kambing 50 liter/hari, beliau memperkerjakan 6 anak kandang. 2 orang bekerja di bagian pemerahan dan perawatan, 2 orang dibagian pakan, 1 orang sebagai supervisor dan 1 orang lagi di bagian transportasi susu kambing. Pemerahan masih dilakukan secara manual.

Sebelum memutuskan untuk beternak kambing perah beliau menyarankan untuk melakukan survey pasar terlebih dahulu. Bagaimana minat masyarakat sekitar terhadap susu kambing. Hal ini supaya produksi susu dapat terserap oleh pasar sehingga cashflow berjalan baik. Dengan produksi susu kambing 50 liter/hari beliau memperoleh omset sekitar 45 jt rupiah per bulannya.



Read More
Kandang Kambing Sederhana

Kandang Kambing Sederhana

Kandang kambing adalah tempat untuk kambing sebagai hewan ternak melakukan sebagian besar aktifitasnya. Di kandang kambing, kambing-kambing biasanya diberi makan, minum, buang kotoran, beristirahat, memamah dan lain-lain. Demikian itu karena untuk di Indonesia sangat jarang sekali yang menggunakan kandang umbaran, mungkin hanya beberapa peternak besar seindonesia. Kenapa bisa begitu, banyak faktor yang berpengaruh. Saya tidak tahu faktor-faktor tersebut jadi saya tidak menulis yang tidak saya tahu. Hanya yang tahu-tahu saja yang saya tulis. Hahaha..



kandang-kambing-sederhana

kandang-kambing-sederhana

kandang-kambing-sederhana


Kandang kambing adalah rumah buatan bagi kambing itu sendiri. Secara kodrat hewani kambing tidak memiliki rumah atau suatu tempat untuk menetap dalam keberlangsungan hidupnya. Ia hidup berkoloni dan berpindah-pindah. Oleh karena itu kalau kambing tidak dikandang bisa sekali ia hilang lari kemana-mana.

Menyediakan kandang kambing adalah kewajiban atau keharusan bagi pemilik ternak kambing. Karena sang pemilik adalah manusia jadi mereka terikat oleh faktor sosial pemiliknya. Maksud saya adalah apabila seseorang memelihara kambing supaya kambingnya tidak merusak tanaman dan mengotori halaman tetangga maka kambing tersebut harus dikandangkan. Itulah yang saya sebut hewan ternak kambing kadang terikat oleh faktor sosial pemiliknya. Jadi tidak hanya terikat oleh tali.

Terus, bagaimana kandang yang baik itu?

Yang jelas kandang kambing harus kuat. Setiap hewan yang dikandangkan pasti selalu terjadi interaksi  antara hewan ternak dan kandangnnya. Interaksi yang saya maksud bermacam-macam. Bisa jadi kambing menggosokkan tubuhnya ke dinding kandang, menyundang, memakan kandang dan lain sebagainya. Dengan mengetahui macam interaksi kambing dengan kandangnya semoga anda bisa memperkirakan seperti apa kandang yang akan dibuat.

Sebagai ilustrasi: kenapa kandang sapi, kambing, dan burung berbeda hal itu dikarenakan interaksi ketiganya berbeda terhadap kandangnya. Sedikit mustahil ketika kambing dikandangkan seperti kandang burung, sangkar besar berpintu dan digantung.

Kandang kambing memudahkan kotoran kambing untuk terpisah dari kambing. Istilah kerennya self cleaning. Maksud saya adalah ketika kambing buang air (kecil dan besar) segera kotorannya tidak menumpuk jadi satu dengan tempat istirahat kambing. Dengan begitu kambing menjadi tetap bersih atau istilah jawanya tidak ngluloh. Selain itu juga bisa menjaga kesehatan kambing.

Sebaiknya kandang kambing bisa melindungi kambing dari panas yang terik, angin kencang dan hujan deras. Jadi gunakan bahan atap, kerangka dan dinding yang memungkinkan untuk tujuan tersebut. Misalnya kayu, bambu, beton, asbes dan genting.

Bagaimana desain yang ideal?
Untuk desain sebenarnya sesuai selera tentu juga sesuai anggaran. Kandang bagus, tahan lama biasanya mahal.
Kandang jelek, cepet roboh biasnya murah.
Sesuaikan saja sesuai anggaran.

Saya ucapkan terimakasih kepada etawajaya.com karena dari salah satu artikelnya saya memperoleh foto kandang yang mungkin bisa saja jadi inspirasi buat kita bersama.


Demikian artikel kandang kambing sederhana semoga bermanfaat.
Read More
Silase pakan Kambing-Keuntungan dan Resiko part 2

Silase pakan Kambing-Keuntungan dan Resiko part 2

Silase pakan kambing kalau dilihat dari mudah tidaknya dalam penyediannya memberikan keuntungan yang cukup bagus. Silase pakan kambing dapat disimpan dalam waktu berbulan-bulan sehingga stok pakan untuk beberapa bulan kedepan dapat disediakan. Memberikan silase pada kambing pada umumnya aman-aman saja tapi tetap memiliki potensi resiko. Harus dipertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas nutrisi bahan silase dan manajemen setelah silase jadi.


Silase dibuat dari hijauan makanan ternak (hmt) yang umumnya disukai oleh kambing seperti jagung, rumput, alfalfa dan lain-lain.  Hmt tersebut dibuat silase dalam kondisi fresh yang dichopper menjadi ukuran yang lebih kecil. Fresh yang saya maksud adalah hmt masih dalam kondisi kadar air yang tinggi ketika dibuat silase. Tujuan dari silase adalah mencegah hmt dari pembusukan. Secara teori, bahan organik yang mengandung glukosa atau serat bisa di silase.

Kunci dalam pembuatan silase adalah menyimpan hmt dalam kondisi hampa udara untuk mencegah oksidasi dan pembusukan. Pembuatan silase dapat dilakukan di silo atau plastik bag dengan diameter cukup besar.

Dalam proses pembuatan silase terjadi proses fermentasi dan pengasaman ( terbentuk asam laktat dan asam asetat). Bakteri yang terdapat atau ditambahkan dalam pakan akan mengurai zat pati, gula dan oksigen sehingga akan menghentikan proses pembusukan pakan. Ketika derajat keasaman tertentu, proses ensilase berhenti. Pakan menjadi stabil, suhu normal dan beraroma manis. Persoalannya ketika pakan di buka dan tidak sekali habis, penyimpanan berikutnya akan terjadi lagi proses oksidasi dan pembusukan sampai oksigennya habis lagi.

Faktor yang terpenting dalam menentukan keberhasilan membuat silase pakan kambing adalah kadar air dalam hmt. Hal ini merupakan hal yang cukup rumit. Karena secara mudah kadar air hmt  dapat diperoleh dari data-data penelitian namun kondisi lapangan adalah suatu yang berbeda. Lebih mudah untuk melakukan fermentasi bahan kering karena air dapat ditambahkan dan jumlahnya dapat dikontrol. Bakteri memerlukan kadar air tertentu untuk bisa mensintesis asam fermentasi (jumlah kadar airnya bisa diperoleh dari sumber lain). Di Amerika, silase jagung idealnya memiliki bahan kering sekitar 28-32% ( kalau gak percaya nanti kunjungi sumber yang saya cantumkan). Zat pati yang tinggi dalam jagung merupakan pakan alami untuk mikroba. 

Nantinya dalam pakan silase akan terdapat berbagai asam-asam hasil dari proses fermentasi. Asam laktat, asam asetat adalah asam yang bermanfaat untuk silase. Asam propionik, asam butirik, amonia dan alkohol adalah hasil samping yang kurang bagus untuk silase itu sendiri.

Dalam silase pakan kambing, jumlah asam laktat haruslah lebih tinggi dari asam-asam lainnya. Asam laktat tidak berbau jadi tidak mungkin diketahui jumlah pastinya hanya dengan kelima indra manusia. Untuk mengetahui jumlahnya harus dengan uji laboratorium. Asam laktat sejumlah 8-10% dalam silase menunjukkan bahwa proses fermentasi berjalan dengan baik dan cepat. Jumlah asam asetat seharusnya sekitar sepertiga dari jumlah asam laktat. Apabila terdapat lebih banyak asam asetat, itu berarti fermentasi dalam silase berlangsung lambat. Asam asetat baunya seperti cuka. Cepat dan lambat artinya silase cepat untuk menjadi stabil karena semakin lama untuk mencapai kestabilan semakin besar peluang untuk hadirnya bakteri yang tidak diinginkan.

Panas dan fermentasi yang terlalu lama, setelah bakteri  selesai mengurai zat pati, bakteri akan mendegradasi protein dan hasilnya adalah amoniak. Jika terdapat asam butirat dalam jumlah cukup banyak, berarti hmt yang dibuat untuk silase terlalu basah. Asam butirat berbau busuk, jadi silase juga baunya akan busuk. Jangan memberikan silase yang seperti ini ke kambing.

Masalah penting dalam silase pakan kambing adalah munculnya mikotoksin. Mikotoksin adalah racun-racun yang dihasilkan oleh jamur dan ditemukan dengan jumlah yang bermacam-macam hampir disetiap silase. Enzim beracun tersebut dapat berupa aflatoksin, vumitoksin, zearalenone, T-2 dan fumonisis. Mikotoksin dapat menyerang sistem imun kambing, produktivitas susu dan reproduksi kambing. Sebaiknya dalam membuat silase disertakan campuran bahan mikotoksin binder. Untuk hal mikotoksin binder akan dibahas di postingan selanjutnya.

Kami tidak menggunakan silase untuk pakan kambing kami. Jadi kami tidak memberikan cara teknis untuk membuat silase. Dengan berbagai pertimbangan kami lebih memilih hmt dan hamt kering daripada silase atau fermentasi.
Semoga bermanfaat.

Untuk bacaan lebih lanjut bisa kunjungi link berikut
 http://www.dairygoatjournal.com/86-3/john_hibma/

Read More
Silase Pakan Kambing-Keuntungan dan Resiko

Silase Pakan Kambing-Keuntungan dan Resiko

Secara alami kambing adalah tipe browser. Dalam mencari makan secara alami kambing selektif dalam memilih makanan. Kalau orang jawa bilang kambing itu ngramban tidak merumput seperti domba. Oleh karena itu ketersediaan hijauan makanan ternak menjadi salah satu tantangan terbesar dalam penyediaan pakan kambing.


Silase pakan kambing dapat menjadi sumber pakan ternak yang ekonomis. Apalagi untuk peternakan yang populasi kambing dan dombanya cukup besar. Silase jagung tersusun dari seluruh bagian tanaman jagung. Silase dapat dibuat untuk semua hijauan makanan ternak ( hmt) dan biji-bijian.

Resiko terbesar yang berhubungan dengan pemberian pakan silase untuk kambing dan domba adalah adalah listeriosis. Listeriosis disebabkan oleh bakteri Listeriosis monocytogenes. Listeria secara alami terdapat pada tanah yang kondisinya dingin dan lembab. Ia juga dapat dengan mudah tumbuh di pakan yang difermentasi dan hay basah.

Untuk tumbuh dalam silase pakan kambing, bakteri listeriosis membutuhkan oksigen dan ph diatas 5,5. Bakteri listeriosis akan tumbuh ditempat dimana terdapat kebocoran oksigen dalam bunker atau bag penyimpanan silase. Biasanya listeriosis muncul di bagian-bagian silo seperti bagian permukaan silo, sudut silo dan kemungkinan lain yang terdapat kebocoran silo. Sumber utama listeria adalah silase yang sudah berjamur.

Pada kambing dan domba, listeria dan menyebabkan keguguran, infeksi, peradangan otak dan cempe lahir mati. Gejala klinisnya terjadi sekitar 3 minggu setelah kambing dan domba memakan silase yang terdapat bakteri listeria. Belum terdapat obat untuk listeriosis. Untuk saat ini antibiotik dengan dosis tinggi digunakan untuk mencoba mengatasinya.

Dalam pemberian silase sebaiknya perharikan hal-hal berikut:

  • Selalu uji tingkat kandungan nutrisi dan mikotoksin
  • Seimbang dalam jumlan proporsi kandungan nutrisinya
  • Silase jangan diberikan ke kambing atau domba bila terdapat jamur atau mikotoksin
Demikian postingan mengenai resiko silase, semoga bermanfaat.
Read More
Peternakan Kambing Indonesia-Gambaran Umum

Peternakan Kambing Indonesia-Gambaran Umum

Status peternakan kambing indonesia


Indonesia memiliki 6 bulan musim kemarau dan 6 bulan musim penghujan. Temperatur rata-rata dari sabang sampai merauke antara 20 - 34 derajar celcius, kelembapan udara 50 - 90 persen (BMKG, Indonesia, 2013). Sistem peternakan di indonesia berbeda-beda untuk setiap daerah, ada yang sudah menerapkan sistem modern, semi-modern dan tradisional dalam sistem peternakan kambingnya. secara historis, berternak kambing, domba dan sapi sudah dilakukan oleh masyarakat indonesia sejak ratusan tahun yang lalu.

Produksi susu meningkat setiap tahunnya, tapi tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan yang cepat pula. Sebagian besar susu berasal dari susu sapi yang memenuhi kuota 30% dari total permintaan dan sisanya dipenuhi dengan susu bubuk impor. Kurangnya pasokan susu segar nasional menjadi sebuah potensi yang besar untuk peternakan kambing perah (Astuti dan Sudarman, 2012). Para peternak kambing lebih condong untuk produksi susu dan daging kambing daripada pembibitan dan susu kambing. Akan tetapi di 25 tahun terakhir, peternakan kambing perah secara perlahan meningkat dengan munculnya pusat peternakan Kambing etawah di Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Sejumlah peternak kambing perah meningkat diberbagai daerah dengan sistem peternakan yang berbeda-beda pula.

Populasi kambing perah

Populasi kambing di Indonesia meningkat dengan cepat. Untuk daerah jawa barat saja pertumbuhan populasi kambing sekitar 6 % per tahun. Populasi kambing total sekitar 17,5 juta ditahun 2011 termasuk 3,5 juta peternak rumah tangga ( Indonesian livestock statistics, 2011).

Tabel populasi kambing di Indonesia
Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011
Jawa Barat 1294 1431 1600 1801 2009
Jawa Tengah 3126 3356 3499 3691 3803
Jawa timur 2444 2739
2779
2822 2864
Provinsi lain (30) 7606 7606 7937 8305 8806
Total 14470 15147 15815 16619 17482

Populasi kambing di indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir, dari 14,5 jt di tahun 2007 menjadi 17,5 juta di tahun 2011. Populasi kambing tersebar ke 33 provinsi di Indonesia dengan populasi tertinggi di Jawa Tengah 21%, diikuti Jawa Timur 16% dan Jawa Barat 11%. Dari total populasi kambing,  sekitar 4-5 juta (32%) dipelihara untuk produksi susu kambing. Kambing betina dipelihara untuk diperah dan menghasilkan cempe sedangkan sebagian dipelihara untuk untuk menghasilkan cempe dan kontes. Lima belas tahun yang lalu, peternak kambing dan domba membentuk sebuah organisasi yang dinamakan HPKDI dan lima tahin kemudian peternak kambing perah mengumumkan sebuah organisasi bernama ASPENAS yang tujuan utamanya adalah mengorganisasi kontes kambing perah. Kedua organisasi tersebut sama-sama memiliki tujuan untuk memperbaiki produksi susu kambing dan mempromosikan harga susu kambing. ASPENAS mengadakan kontes reguler; tahunan atau tiap dua tahunan untuk mengidentifikasi kambing etawa terbaik. ASPEKPIN juga secara aktif mempromosikan kambing perah jenis lain seperti kambing saanen.

Beternak lambing perah

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. Peternakan kambing memiliki potensial yang besar untuk dikembangkan menjadi produk komersial karena kambing mampu beradaptasi dengan baik di iklim tropis dan memerlukan investasi yang tidak terlalu besar. Peternak, yang menggunakan sistem tradisional, biasanya hanya memelihara kurang lebih 10 ekor kambing. Tujuannya antara lain sebagai tabungan yang apabila sewaktu-waktu diperlukan bisa dijual dan sebagai penghasil pupuk untuk pertanian. Kambing biasanya dipelihara untuk diambil daging dan susunya. Di Indonesia sendiri ada banyak ternak kambing seperti kambing Bali, Boerawa, Etawa, Peranakan Etawa, Gembrong, Jawarandu, Kacang, Kosta, Marica, Muara, Samosir, Kapra dan Saanen. Diantara semua kambing tersebut hanya kambing etawa, peranakan etawa dan kambing saanen yang menjanjikan untuk diternakan sebagai kambing perah.

Kambing kacang adalah kambing lokal Indonesia. Berat tubuh kambing kacang rata-rata 25 kg untuk jantan dan 20 kg untuk kambing kacang betina. Kambing kacang sangat mudah beradaptasi dengan iklim tropis. Kambing etawa berasal dari kambing jamnapari India. Berat kambing etawa jantan dewasa sekitar 90 kg dan etawa betina dewasa sekitar 60 kg. Produksi susu dari kambing lokal dan peranakan adalah 0,5 sampai 3 liter per hari tergantung dari jenis kambingnya. Kambing etawa dan sanen peranakan memproduksi tiga liter per hari selama masa laktasi pertama


Provinsi Prod.susu
L/ekor/hari
Tujuan Jenis kambing
DKI Jakarta &
Banten
0,5 - 1 Breeding & susu Etawa & saanen
JaBar (Bogor, Bandung, 
Sumedang, Garut)
0,75 - 3  Breeding & susu  Etawa, PE & Saanen
Jawa tengah
 (purworejo)
0,5 - 1  Breeding Etawa dan PE
Jogja ( Sleman
 & Kulonprogo)
0,75 - 1,5  Breeding & susu Etawa & Kambing lokal
Jatim (Blitar, Malang & Banyuwangi) 1 -2  Breeding & Susu Etawa, PE & Saanen
Lampung & Aceh                                     0,5-1 Breeding & susu PE & kambing lokal
Kalimantan Timur 0,5 Breeding & susu PE & kambing lokal


Sistem produksi ternak

Sebagian besar kambing-kambing di Indonesia dipelihara untuk tujuan penghasil daging dan hanya beberapa petani di beberapa daerah (Jawa) yang tetap memelihara kambing-kambing mereka untuk penghasil susu kambing. Permasalahan yang dihadapi oleh peternak kecil adalah produksi susu yang rendah dikarenakan pemberian pakan berkualitas buruk, tempat penyimpanan susu yang kurang memadai, sarana transportasi, pemasaran dan dukungan pemerintah. Beberapa peternakan kambing besar di Jawa Barat dengan lahan yang luas, kandang yang baik dan persediaan pakan cukup dapat memiliki lebih dari 100 hewan per peternakan. Biasanya peternakan kambing yang besar menjual susu mereka langsung ke konsumen, termasuk rumah sakit, restoran dan pabrik pengolahan susu. Di Jawa Tengah,  pemeliharaan kambing sebagian besar dilakukan oleh para petani yang memiliki lahan yang kecil dan kambing yang dipelihara antara 1 - 20 ekor. Misalnya, di Kabupaten Kemirikebo, Yogyakarta, dari 65 rumah tangga membentuk sebuah koperasi ternak atau kelompok ternak dan total akumulasi kambing dari koperasi tersebut adalah 623 ekor. Urin dan kotoran kambing dikumpulkan  dan dijual sebagai pupuk untuk perkebunan dan pertanian di sekitar. Surplus produksi susu kambing dapat diolah menjadi permen karamel susu, es krim, biskuit susu, dodol dan yoghurt dengan variasi rasa termasuk stroberi, apel dan kelapa.

Di daerah Pakem Yogyakarta, ada seorang petani yang modern yang sudah memiliki mesin pemerah susu untuk susu kambing dan pabrik pengolahan susu untuk membuat yoghurt. Sementara itu, Pak Bondan dari peternakan bumiku hijau dari Kabupaten Condongcatur Yogyakarta telah memperkenalkan cara yang unik untuk menjual susu segar dengan sistem door-price (Koran Kompas, 2011). Di Jawa Timur, peternakan kambing perah  sebagian besar seperti yang ada di Jawa Tengah, tetapi kebanyakan dari mereka dioperasikan sebagai koperasi petani. Harga susu sama seperti di daerah lain, tetapi mereka memiliki pangsa pasar dan permintaan susu kambing yang baik. Untuk beberapa kegiatan, seperti praktek perternakan kambing dan pelatihan pengolahan susu disediakan oleh Balai Besar Pelatihan Peternakan, Departemen Pertanian di Batu Malang, Jawa Timur.

Produk

Limbah pertanian dan industri rumah tangga yang memiliki kandungan nutrisi yang baik seperti daun singkong, tebon, dedak padi, titen kedelai, limbah industri pembuatan tahu dan tempe dapat digunakan sebagai pakan tambahan atau pakan penguat ternak kambing. Peternak yang memiliki pemahaman lebih tentang manajemen kesehatan ternak dan pengolahan susu akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Peternak kambing yang memiliki manajemen kesehatan, pakan dan pengolahan produk yang bagus mampu memelihara lebih banyak kambing. Biasanya, dalam peternakan kambing skala kecil, kambing peliharaan diberi makan dengan cara diangon atau ngarit.

Susu kambing dipercaya sebagai makanan yang sehat. Peternak di beberapa daerah menjual susu mereka langsung ke konsumen, tetapi dalam beberapa kasus mereka menjualnya kepada koperasi atau distributor. Harga penjualan langsung adalah sekitar USD 1,5-2 per liter, sementara menjual kepada distributor mengambil harga yang lebih rendah (USD 1-1,5 per liter) tergantung pada kandungan lemak pada susu. Lebih lanjut petani biasanya menjual langsung produk ke pasar khusus (rumah sakit, restoran, konsumen biasa) dengan harga jauh lebih tinggi (sampai dengan USD 5 per liter). Di Jawa barat permintaan susu kambing lebih tinggi dari pasokan, sementara di jawa tengah adalah sebaliknya.

Pakan dan nutrisi kambing

Di masa lalu, para peternak kambing memberi makan kambingnya dari rumput alam yang tersedia atau istilahnya mengarit. Sejak peternakan kambing perah mulai dikembangkan, kambing mulai diberi pakan penguat atau konsentrat. Konsentrat tersebut bisa dari bahan-bahan seperti bungkil kedelai, dedak padi, tepung inti sawit, bungkil kelapa, limbah pembuatan tahu dan tempe. Tanaman kacang-kacangan seperti Indigofera sp., Calliandra sp., Leucaena sp. dan rumput seperti Panicum maximum dan Brachiaria humidicolaare menjadi pakan yang umum digunakan untuk ternak kambing. Silase juga banyak digunakan dalam bidang penyediaan pakan kambing. Universitas dan lembaga penelitian pemerintah juga memberikan informasi dan teknologi untuk pertanian yang baik dan untuk meningkatkan kinerja produksi dari susu kambing.


Pakan adalah yang paling penting dalam produksi ternak. Indigofera sp. sekarang sedang diperkenalkan kepada semua peternak kambing perah untuk meningkatkan kebutuhan protein. Pemanfaatan rumput asli ditambah dedak padi telah dievaluasi dalam kambing menyusui dan penelitian dengan limbah tempe sebagai pakan penguat juga telah dilakukan (Astuti et al., 2003). Hasil studi di atas menunjukkan produksi susu bisa mencapai 1,5 L / hari.

Manajemen kesehatan


Banyak peternak kambing perah tradisional tidak tahu tentang program vaksinasi dan praktik beternak hewan yang baik. Mereka sering bergantung pada obat herbal alami untuk mengobati hewan mereka yang sakit (sebagian besar di Jawa Tengah). Namun, beberapa peternakan maju sudah ada yang menerapkan protokol keamanan hayati dan praktek keamanan pangan di peternakan mereka. Sebagian besar penyakit yang menyerang peternakan kambing biasanya karena parasit, kembung, mastitis dan beberapa kasus brucellosis. Kinerja reproduksi merupakan salah satu informasi penting untuk mengumpulkan informasi kualitas genetik peternakan. Penyerempakan birahi dengan hormon PGF2α sangat umum digunakan oleh peternak modern untuk mendapatkan cempe-cempe yang seragam atau kualitas genetik yang sama baiknya. Sebagai contoh misalnya di peternakan Bangun Karso Farm, dengan 200 kambing perah, biasanya menyerempakkan birahi indukan kambing kemudian dikawinkan dengan pejantan-pejantannya. Sayangnya, recording data tidak didokumentasikan dengan baik sehingga tidak banyak data yang digunakan untuk perbaikan genetik

Selera konsumen

Penelitian yang dilakukan Moeljanto, et al., (2002) melaporkan bahwa konsentrasi flouride dari susu kambing adalah 10 sampai 100 kali lebih tinggi dibanding susu sapi, sehingga susu kambing dapat digunakan sebagai antiseptik alami dan makanan yang sehat. Susu aman untuk dikonsumsi dan bisa menetralkan pH lambung. Susu kambing juga dilaporkan mengandung protein dan lemak yang sangat mudah dicerna, natrium, kalsium dan fosfor. Tingkat konsumsi susu yang rendah di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh usia susu yang singkat dan harga yang tinggi, tetapi juga oleh budaya dan selera. Sangat sedikit orang Indonesia suka dan mampu minum susu kambing. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk mempromosikan minum susu kambing melalui program-program seperti "Hari Susu", namun sepertinya belum berhasil.

Harga susu kambing

Tidak ada statistik dari harga susu kambing di Indonesia. Menurut komunikasi secara personal dengan produsen susu kambing, harga susu kambing segar pada tahun 2013 telah meningkat menjadi US $ 2- 3per liter. Harga tersebut kira-kira 3 sampai 4 kali lebih tinggi dari susu sapi. Di beberapa daerah, susu kambing memberikan kontribusi signifikan terhadap total pasokan susu. Susu kambing di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya bisa mencapai harga tinggi sampai dengan US $ 2,5-5 per liter.


Tantangan dan solusi peternakan kambing perah

Informasi tentang populasi, produksi susu kambing dan produksi kambing perah sangat kurang. Produksi kambing perah membutuhkan dukungan baik dari pemerintah dan sektor swasta. Saat ini ada beberapa kegiatan untuk meningkatkan dan mempromosikan peternakan kambing perah. Misalnya melalui pemuliaan dan perbanyakan program untuk meningkatkan populasi kambing perah, dan penerapan teknologi produksi modern.

Populasi dan pendapatan orang Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan untuk makanan sehat. Pada tahun 2011, konsumsi susu per tahun per kapita sebesar 6.92 kg. Konsumsi susu secara keseluruhan adalah berupa susu bubuk untuk bayi dan susu cair kaleng . Dengan demikian produksi susu segar mempunyai potensi meningkat untuk memenuhi meningkatnya permintaan untuk susu baik susu segar atau susu olahan. Permintaan tidak dapat dipenuhi hanya dengan produksi lokal, sehingga pemerintah harus mengimpor, terutama dalam bentuk susu bubuk. Dengan demikian susu kambing dapat berperan sebagai sumber alternatif untuk memenuhi permintaan susu yang terus meningkat. Hal ini memberikan kesempatan bagi peternak kambing perah skala kecil untuk usaha produksi susu kambing dan berkontribusi untuk meningkatkan pasokan susu nasional. Namun susu kambing masih belum sepopuler susu sapi, meskipun susu kambing mampu mencapai harga tinggi USD $ 5 / L untuk pasaran tertentu.

*mata uang USD dikonversikan ke dalam rupiah sesuai kurs pada saat itu

Untuk melihat laporan asli tulisan Dr. Dewi  Apri Astuti Professor  in  Animal  Nutrition Faculty  of Animal  Science, Bogor Agricultural  University  Indonesia bisa didownload di link berikut.







Read More
Penyakit Diare Pada Kambing.

Penyakit Diare Pada Kambing.

Diare Kambing

Diare atau mencret adalah masalah gangguan kesehatan pencernaan yang sering dialami oleh kambing. Tanda-tandanya adalah kotoran kambing yang menggumpal seperti kotoran sapi dan kalau diarenya parah  kotoran kambing bisa berbentuk cair. Feses kambing diare biasanya juga disertai darah, lendir dan bau. Akan tetapi penyebab dari diare pada kambing tidak bisa ditentukan hanya dari warna dan bau feses dari kambing.


penyakit-diare-pada-kambing

penyakit-diare-pada-kambing

Diare bukanlah sebuah penyakit yang mengidap pada kambing, melainkan gejala dari gangguan kesehatan pada kambing itu sendiri. Kambing diare secara umum disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan manajemen yang kurang bagus. Populasi kandang yang terlalu padat, sanitasi yang buruk dan pakan yang kurang berkualitas bisa menyebabkan diare pada kambing. Meskipun manajemen yang buruk bukan sebab secara langsung tapi bisa menjadi pemicu untuk memudahkan penularan sumber diare.

Diare pada kambing dapat terjadi karena berbagai infeksi bakteri, virus dan parasit. Misalnya infeksi bakteri E-Coli, keracunan aflatoxin, acidosis rumen, kekurangan mineral tembaga( copper) dan lain-lain. Hubungannya dengan manajemen pakan adalah pakan yang berjamur sebaiknya tidak diberikan kepada kambing. Jagung, dedak padi, karak, dan lain sebagainya kalau penyimpanannya tidak bagus maka bahan pakan tersebut mudah ditumbuhi jamur yang menghasilkan aflatoxin. Bahan-bahan pakan yang mengandung lemak kasar cukup tinggi seperti bekatul mudah ditumbuhi jamur.

Selain infeksi, kambing mencret juga ada yang disebabkan pemberian pakan yang kurang tepat. Pemberian susu yang berlebihan, biji-bijan seperti jagung yang terlalu banyak, perubahan jadwal pemberikan pakan yang berubah secara drastis. Untuk pemberikan biji-bijian seperti jagung standardnya adalah 300 gram untuk kambing dewasa.

Rumen acidosis

Acidosis pada kambing disebabkan oleh terlalu banyak pemberian biji-bijian atau konsentrat. Kondisi ini bisa menyebabkan keasaman rumen kambing berubah dan juga mempengaruhi jumlah populasi bakteri pada rumen kambing. peningkatan asam dalam rumen kambing menyebabkan peradangan pada dinding rumen dan kemampuan bakteri untuk mencerna serat menjadi berkurang. Gejala acidosis pada kambing biasanya depresi, kambing tidak mau makan, kembung, mencret dan kadang-kadang mati. Untuk pencegahan pemberian konsentrat seharusnya diberikan secara perlahan untuk memberikan waktu rumen menyesuaikan.


Pengobatan dan pencegahan diare kambing


Sebelum melakukan tindakan pengobatan terhadap kambing yang diare alangkah baiknya apabila mengetahui terlebih dahulu penyebab diarenya. Untuk ini memang diperlukan pemahaman yang lebih mengenai diare yang terjadi pada kambing. Antibiotik diberikan untuk kambing diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Untuk diare kambing yang disebabkan oleh virus dan protozoa antibiotik tidak efektif untuk digunakan. Saran dari kambingjoynim.blogspot.com sebaiknya konsultasikan terlebih dahuku dengan mantri atau dokter hewan setempat sebelum melakukan tindakan pengobatan kambing yang diare.

Untuk mengobati kambing diare karena kesalahan pakan atau error mixing pakan bisa dilakukan treatmen mengembalikan pola pemberian pakan yang sebwlumnya. Bisa jadi pakan yang masih muda, rumput muda, daun-daun muda dan pakan yang terlalu basah. Pemberian pakan dengan kadar air yang sedikit dan memiliki serat kasar tinggi dapat membantu meredakan diare pada kambing. Daun pisang, daun kelapa dan daun bambu merupakan daun-daun yang memiliki seratkasar yang tinggi.

Alternatif lain untuk mengobati kambing adalah dengan menggunakan jamu tradisional sebagai berikut:


  • Kambing sakit diberi larutan garam 10 gr dan gula pasir 10 gr dan air matang 2,5 liter.
  • Ternak sakit diberi larutan oralit atau norit sebanyak 3 tablet.
  • Air kelapa muda diminumkan secukupnya.
  • Daun jambu biji 5 lembar dilumatkan bersama garam dapur dan diberikan pada kambing.
  • Ternak lebih banyak diberi hijauan daun jambu biji, daun bambu muda dan daun buni.
Resep jamu tradisional yang lain bisa menggunakan daun jambu biji atau daun sawo yang diblender dengan gula jawa lalu diminumkan ke kambing. Dari sumber resep ini tidak disebutkan jumlah lembar dan jumlah gula jawa yang digunakan.

Buah mahkota dewa juga dapat digunakan untuk mwngobati diare pada kambing. Caranya adalah dengan mengiris iris beberapa buah mahkota dewa kemudian campukan dengan garam serta air panas, sesaat setelah dingin minumkan pada kambing yang terserang diare atau mencret tersebut, jika di daerah anda susah menemukan buah mahkota dewa anda bisa melakukan terapi makanan kambing dengan mencampur daun jambu biji yang dicampur dengan garam secukupnya.


Untuk pencegahan sebaiknya diperbaiki sanitasi kandang kambing. Menjaga kebersihan kandang dilakukan secara rutin. Kambing yang sedang diare dipisahkan dengan koloni kambing lainnya untuk mencegah penularan. Harus diwaspadai feses kambing yang menempel di badan kambing biasanya dipantat dan ekor bisa mengundang datangnya lalat.


Demikian postingan mengenai diare pada kambing, semoga bermanfaat.
Read More