Isi dari blog ini di update di kambingjoynim.com

Macam-macam Teknik Menanam Sistem Hidroponik

Pertanian dengan sistem hidroponik sudah mengalami perkembangan yang jauh. Sampai sejauh ini sudah banyak teknik-teknik yang dikembangkan dalam
pertanian hidroponik ini. Mulai teknik yang sederhana sampai teknik yang canggih dengan sentuhan teknologi-teknologi terbaru. Kultur air statis atau static solution culture adalah teknik dalam pertanian hidroponik yang paling sederhana dan mudah. Media yang digunakan air dan airnya tidak mengalir. Akar tanaman tercelup secara terus menerus dalam wadah yang berisi larutan nutrisi. Teknik ini sudah banyak dilakukan di Indonesia, baik dalam skala hobi maupun skala besar.

Pada postingan saya sebelumnya yaitu prinsip dasar bertanam sistem hidroponik, di akhir postingan saya menyebutkan tentang macam-macam teknik sistem hidroponik dan saya berjanji akan menjelaskan satu per satu dari dari teknik tersebut. Jadi, kali ini saya akan coba memenuhi janji saya tersebut.

Hidroponik Static Solution Culture (Kultur Air Statis)

Hidroponik dengan sistem static solution culture merupakan teknik hidroponik yang paling sederhana. Di kita, Indonesia, sistem ini dikenal dengan nama kultur air statis, teknik apung atau sistem sumbu. Sistem hidroponik ini air tidak dialirkan alias menggenang. Tanaman di atur sedemikian rupa supaya akar tanaman bisa menyentuh larutan yang sudah diberi nutrisi. Untuk pembuatan skala kecil, rumah tangga atau hobi, wadah yang digunakan bisa berupa gelas, toples, ember atau botol-botol bekas yang tidak terpakai. Ukurannya dapat disesuaikan dengan besar kecilnya tanaman yang akan digunakan dalam hidroponik ini. Apabila wadah yang digunakan berwarna bening atau transparan, sebaiknya dibungkus supaya tidak terkena sinar matahari langsung karena paparan sinar matahari secara langsung dapat menumbuhkan lumut.

Cara pembuatannya cukup mudah. Teknik sumbu, tanaman di taruh ke netpot yang diisi dengan media tanam dan potongan kain yang menjulur ke bawah sampai larutan nutrisi. Nutrisi yang larut dalam air akan merembes ke atas hingga akhirnya mencapai akar tanaman. Kelemahan dalam teknik sumbu adalah tergantung pada kualitas media tanam dalam netpot dalam menyerap air. Ketinggian air dalam wadah harus di cek secara berkala untuk menghindari kehabisan nutrisi.

Cara pembuatan dengan teknik apung, lembaran stereofoam dilubangi kecil-kecil untuk menempatkan pot-pot ukuran kecil dan posisi akar langsung tercelup ke dalam air. Kalau tidak menggunakan pot, bisa diatur sekreatif mungkin supaya tanaman tidak jatuh ke dalam air, bisa dijepit atau semacamnya. Teknik hidroponik apung ini lebih baik daripada teknik sumbu, karena busa atau stereofoam mengapung tepat diatas permukan air. Sehingga tidak akan terjadi yang namanya kekurangan air, karena ketinggian busa mengikuti ketinggian air.

Teknik hidroponik kultur air statis ini secara umum memiliki kelemahan sirkulasi nutrisi yang tidak merata. Hal ini karena air dalam kondisi diam sehingga nutrisi dalam bentuk mineral-mineral lama kelamaan akan mengendap sehingga nutrisi yang berada dibagian dasar air tidak terserap. Untuk mengatasi ini bisa dilakukan dengan memberi aerator sehingga larutan akan teraduk hingga merata selain itu akar-akar tanaman mendapat tambahan oksigen. Kalau dirasa penggunaan aerator akan menjadi boros listrik, tanpa aerator pun bisa. Pemeriksaan ketinggian volume air harus di lakukan secara rutin supaya hasilnya nanti lebih optima.
Hidroponik Continuous-flow solution culture (Kultur Air Mengalir)


Pada sistem kultur air mengalir, larutan nutrisi dialirkan secara terus menerus melewati akar tanaman. Larutan nutrisi ditempatkan dalam suatu wadah yang cukup besar kemudian dialirkan melalui pipa atau talang pvc dengan pompa air. Teknik hidroponik kultur air mengalir ini merupakan salah satu teknik hidroponik yang memiliki produkstivitas tinggi contohnya adalah NFT (nutrient filem technique). Secara sederha sistemnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini
Macam-macam-teknik-bertanam-sistem-hidroponik

Kelebihan sistem ini adalah akar tanaman akan mendapatkan suplai oksigen, air dan nutrisi yang sangat memadai. Karena  larutan bersumber jadi satu disuatu wadah, maka pengontrolan terhadap suhu dan ph larutan menjadi lebih mudah. 

Sistem Hidroponik Aeroponik


Hidroponik dengan sistem Aeroponik adalah sistem hidroponik tanpa media tanam, namun menggunakan kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan pada zona perakaran tanaman. Seperti pada gambar di bawah tepat di bawah akar tanaman ada spray jet atau springkel yang dapat menyempurkan air menjadi butiran-butiran air yang sangat halus. 

Perakaran tanaman diletakkan menggantung di udara dalam kondisi gelap, dan secara periodik disemprotkan larutan hara. Teknologi ini memerlukan ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik yang lebih besar tetapi juga memberi keuntungan yang banyak bagi tanaman. Tanaman yang ditanam dengan hidroponik aeroponik akan mendapat pasokan oksigen da karbondioksida secara menyeluruh baik di bagian akar, batang dan daun. Hal ini dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.




hidroponik-sistem-aeroponik
Hidroponik sistem aeroponik. link sumber
Hidroponik Sistem Fogoponik


Hidroponik sistem fogoponik hampir sama dengan aerophonik baik cara kerja dan desain sistem hidroponiknya. Pembeda yang utama adalah larutan disemprotkan dengan mesin bertekanan dan digetarkan pada frekuensi ultrasonik sehingga menghasilkan semprotan air seperti kabut. Kalau pernah melihat alat water nebulizer mungkin akan ada sedikit gambaran. Hidroponik sistem fogoponik ini diameter butiran air yang disemportkan antara 5 -10 mikrometer. Sangat kecil sekali sehingga terlihat seperti kabut. Dengan ukuran tetesan air yang sangat kecil tersebut diharapkan akan membawa oksigen yang lebih banyak ke akar.


Hidroponik sistem passive sub-irrigation


Hidroponik sistem ini disebut juga dengan pasif hidroponik atau semi hidroponik. Tanaman ditumbuhkan atau ditanam ke media yang mempunyai ukuran rongga/pori yang sedang, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu renggang misalnya sabut kelapa. Media tanam yang berongga ini mampu menyalurkan atau meresapkan air dan nutrisi ke akar tanaman. Contoh dalam hidroponik sistem ini adalah menanam anggrek di sabut kelapa.

Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation

Sistem hidroponik ini cara kerjanya adalah tanaman ditanam ke rak-rak yang posisinya diatas bak penampung larutan nutrisi. Media tanam yang digunakan pada umumnya adalah granul tanah liat yaitu tanah liat yang dibuat seperti kelereng kecil-kecil. Larutan nutrisi dipompa ke atas sehingga membanjiri pot atau media tanam. Setelah pompa di matikan air yang akan kembali mengalir masuk ke dalam bak penampung. Dengan cara ini maka media tanam dan akar akan mendapat cukup air dan nutrisi.
sistem-bertanam-hidroponik-flood&drain
sistem hidroponik ebb & flow. sumber
Hidroponik Sistem Run to waste
Hidroponik sistem rotari atau berputar dibuat dengan mendesain bingkai sedemikian rupa sehingga dapat berputar.  Untuk lebih jelasnya bisa melihat pada gambar di bawah. Bagian bawah lingkaran ada semaca talang berukuran cukup lebar. Tanaman yang berada paling bawah akarnya menyentuh larutan nutrisi. Dengan berputar secara periodik maka semua tanaman akan kebagian air dan nutrisi secara merata. Bagian tengah adalah sumber cahaya yang sifatnya sebagai pengganti sinar matahari. Keuntungan dari sistem ini adalah tanaman yang melawan gaya gravitasi (tidak menyentuh tanah) akan mengalami dewasa lebih cepat.
sistem-hidroponik-rotari
Sistem Hidroponik Rotary. Foto oleh  Sergio D’Afflitto

Subscribe to receive free email updates: